Paket lima kilogram beras dengan harga Rp 30.000 yang kini disubsidi setiap bulannya bagi warga berpenghasilan rendah, dan lansia di Jakarta, bukan beras berkualitas buruk. Meski subsidi, berasnya berkualitas premium.
Food Station pun mendatangi sekretariat Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) di Karanganyar, untuk menemui para petani yang menghasilkan benih serta pupuk sendiri dengan kualitas terbaik.
"Kami ogah jual beras medium karena harga sudah Rp 9.450, packaging-nya yang bagus sudah Rp 400, kami nggak dapat (untung) apa-apa. Akhirnya sekarang semua jualnya yang premium, yang medium kasih Bulog saja, kami enggak mau di situ," kata Dirut Food Station Arief kepada para perwakilan AB2TI se-Jawa Tengah.
Arief menjelaskan kedatangannya menemui langsung petani untuk menyiapkan beras yang akan dibeli nanti sesuai standar Food Station. Varietas yang diincar Food Station antara lain Ciherang, Mentik Wangi, hingga Sintanur.
Bagi AB2TI yang sudah mengembangkan benih-benih unggul, menghasilkan padi dengan varietas tersebut terbilang mudah.
"Di Wonogiri saja 315 hektar sawah kami sertifikasi organik, apabila cuma sintanur sangat mudah tinggal offtaker harganya sesuai dan kami hitung kalau masuk, kami siap," ujar Didik Yokanan, Kepala Bagian Usaha dan Tata Niaga AB2TI.
Meski mampu memproduksi gabah dengan hasil baik, petani-petani yang tergabung di AB2TI maupun yang sebelumnya ditemui di Demak, mengaku bahwa mereka menghadapi kesulitan mengeringkan padi di tengah cuaca yang terus menerus hujan.
Baca juga : Soal Kualitas Beras, Ini Kata Dirut Bulog
Lazimnya, padi yang baru dipanen langsung dijemur hingga delapan jam lamanya di bawah terik matahari. Namun karena hujan, padi terpaksa dikeringkan menggunakan mesin dryer. Mesin ini cukup mahal harganya, mencapai Rp 1 miliar. Jika tak dikeringkan sempurna, kadar air beras tak bisa turun menjadi 14 persen sesuai standar yang diminta Food Station.
Food Station pun bertandang ke Solo, menemui Chriswanto Tri Santosa, Direktur Utama Perusda PPK Pedaringan Solo, perusahaan daerah yang bergerak di bidang logistik dan pergudangan, untuk bekerja sama.
"Masalah penting itu penjemuran, petani punya tempat dan kalau yang seperti alat-alat kami lihat biaya operasional tinggi, cost-nya tinggi, listrik tidak tersedia," ujar Chris.
Chris mengatakan pihaknya akan berupaya mengembangkan pengering rakitan sendiri dengan harga Rp 100 juta yang daya listriknya hanya 900 watt. Harapannya, kelompok-kelompok tani akan membeli alat ini dan tak perlu khawatir akan cuaca serta segala anomalinya.
Keliling Indonesia
Mengunjungi petani-petani di Demak, Kudus, Sragen, Klaten, dan Karanganyar adalah bagian dari pekerjaan Food Station. Untuk mencukupi kebutuhan beras warga Jakarta, Food Station juga membeli dari Jawa Barat, Lampung, hingga Sulawesi.
Dirut Food Station Arief mengatakan meski repot, cara ini paling efektif untuk memastikan pasokan yang datang benar-benar berkualitas.
"Kalau tidak datang lihat sendiri seperti ini, ya nggak bisa," kata Arief.
Padi yang akan dibeli ini sampai digenggam, digigit, dan dibawa pulang seplastik untuk diuji di Jakarta. Jika sudah pas, harga akan dinegosiasikan dan beras dikirim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.