Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Foto Esai: Menikmati Glodok, China Town-nya Jakarta

Kompas.com - 19/02/2018, 19:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GLODOK adalah “China Town”-nya Jakarta. Menelusuri asal-usul kawasan ini, sekitar November 1740 ketika perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mengubahnya menjadi sebuah kawasan yang penuh dengan kekerasan terhadap orang Tionghoa, setelah peristiwa pembantaian di Kota Batavia yang menyebabkan sedikitnya 10.000 orang terbunuh.

Berabad-abad menjadi kawasan perdagangan, hingga kini gang-gang dan jalan-jalan di kawasan Glodok masih terus dipadati para pedagang. Kawasan ini juga sempat menjadi area kerusuhan Mei 1998 ketika etnis Tionghoa menjadi sasaran.

Meski begitu, banyak masyarakat Tionghoa tetap memilih tinggal di sana. Menjelang Tahun Baru China, kawasan Glodok menjadi sangat meriah dan hiruk-pikuk oleh pedagang jalanan yang menjual hiasan Imlek

Baca juga : Menjadi Model di Pagi Hari, Menjadi Medium Para Dewa di Malam Hari

Kawasan pertokoan dan permukiman di sekitar Glodok, Jakarta Barat. Ceritalah/Muhammad Fadli Kawasan pertokoan dan permukiman di sekitar Glodok, Jakarta Barat.
Persiapan Imlek juga dilakukan Vihara untuk menyambut jemaahnya berdoa demi mendapatkan kesejahteraan dan kesehatan yang lebih baik.

Di Vihara itu saya bertemu Arifin Kurniawan, seorang pemuda keturunan Tionghoa berusia 21 tahun yang lahir dan besar di kawasan Glodok. Sebagai seorang model, “Ah Fin” memiliki penampilan yang menawan.

Arifin Kurniawan, model yang juga pelayan umat di Bio Fat Cu Kung, kawasan Glodok, Jakarta Barat. Muhammad Fadli Arifin Kurniawan, model yang juga pelayan umat di Bio Fat Cu Kung, kawasan Glodok, Jakarta Barat.

Arifin juga seorang artis barongsai. Dia telah menekuni seni ini sejak usia 6 tahun dan menjadi bagian dari grup Barongsai Tim Tian Liong.

"Barongsai mengajarkan Anda bagaimana cara menggerakkan dan merawat tubuh, selain bekerja dalam tim. Saya bangga menjadi bagian dari tradisi ini,” katanya. 

Kawasan permukiman di sekitar Glodok, Jawa Barat. Ceritalah/Muhammad Fadli Kawasan permukiman di sekitar Glodok, Jawa Barat.
Keluarga Arifin mengelola sebuah warung kecil di rumah mereka. Ayahnya, Kim Kurniawan bercerita, “Saya dulu berjualan ayam goreng, tapi tidak berhasil. Warung ini ada di rumah, jadi saya tidak perlu bayar sewa.”

Rumahnya yang berukuran sekitar 70 meter persegi, memuat hampir semua Tim Ceritalah dan keluarga Arifin.

Baca juga : Ucapan Imlek Pakai Gambar Ayam, Pemerintah Malaysia Minta Maaf

Kim membereskan kasur lipat di lantai agar bisa memberi ruang duduk untuk kami. Arifin lantas bertutur, “Saya tidak kuliah karena saya ingin mendapatkan uang untuk keluarga saya. Itulah arti sukses bagi saya, bisa membalas budi ke orangtua."

Arifin berpose bersama barongsainya. Ceritalah/Muhammad Fadli Arifin berpose bersama barongsainya.
Di Vihara yang tak jauh dari rumahnya. "Ini adalah lingkungan saya. Saya mencoba untuk melayani dengan cara apa pun yang saya bisa, apakah dengan membantu di kuil atau menjaga tradisi agar tetap hidup," katanya. 

Arifin juga membantu lingkungannya dengan cara yang unik. Di saat-saat tertentu, dia menjadi “perantara” roh Dewa yang akan menyampaikan berkat dan memimpin sembahyang jemaah kuil Fat Cu Kung.

Di hari-hari biasa, Arifin mengaku sama sekali tidak dapat berbicara bahasa Hokkien dan bahkan menulis aksara ChinaCeritalah/Muhammad Fadli Di hari-hari biasa, Arifin mengaku sama sekali tidak dapat berbicara bahasa Hokkien dan bahkan menulis aksara China

Pada malam hari, kuil kecil yang berada di ujung gang itu diterangi cahaya merah. Patung Dewa yang tak terhitung jumlahnya memenuhi dinding-dinding kuil. Ruangan disesaki asap dupa dan senandung alunan doa.

“Beberapa malam, saya dapat dirasuki empat atau lima roh Dewa. Untuk itu, saya membutuhkan persiapan dengan menjaga diri agar tetap suci, setidaknya selama tiga hari, seperti dengan diet vegetarian, menjaga pikiran bersih, dan bermeditasi. Tapi saya tidak berpikir seperti menjadi Tuhan, karena itu sombong...Saya hanyalah sebuah wadah," Arifin bercerita.

Sebagai bungsu dari tiga bersaudara, kesanggupan Arifin untuk hidup di antara sisi modernitas dan tradisi agaknya hasil dari didikan keluarganya yang begitu berwarna.Ceritalah/Muhammad Fadli Sebagai bungsu dari tiga bersaudara, kesanggupan Arifin untuk hidup di antara sisi modernitas dan tradisi agaknya hasil dari didikan keluarganya yang begitu berwarna.
Dewa pertama yang merasuki badan Ah Fin adalah Dewa Guan Gong yang dalam sejarahnya adalah seorang Jenderal yang disebut Guan Yu dan hidup di era kuno “Tiga Kerajaan” China.

Orang-orang dari berbagai kalangan dan kondisi menemui Ah Fin untuk meminta berkah. Orang yang sakit, kurang beruntung, yang sedang mencari peluang bisnis lebih baik, bahkan beberapa dari mereka datang untuk bertanya kepada arwah orang yang telah meninggal. Ini adalah kesempatan untuk memulai hidup lagi, untuk dibersihkan.

Ruangan tempat Arifin memberikan ?pelayanan umat? hanya diterangi oleh cahaya merah yang sedikit gelap.Ceritalah/Muhammad Fadli Ruangan tempat Arifin memberikan ?pelayanan umat? hanya diterangi oleh cahaya merah yang sedikit gelap.
Arifin sering duduk di Vihara dan menjadikan Vihara sebagai tempat merenung. Dia memiliki pemikirannya sendiri tentang awal yang baru. Dia memiliki pacar seorang gadis Muslim. "Kami akan mencari titik temunya," katanya. 

Suasana Imlek sangat terasa di kawasan Glodok. Pemandangan budaya Tionghoa hari ini jauh berbeda dari 1998, ketika masyarakat Tionghoa berhenti merayakannya sementara waktu untuk menghindari perhatian.

Arifin menggoreskan lidahnya sendiri dengan pedang, dan menggunakan darahnya yang keluar untuk menuliskan huruf China di atas selembar kertas beras China. Ceritalah/Muhammad Fadli Arifin menggoreskan lidahnya sendiri dengan pedang, dan menggunakan darahnya yang keluar untuk menuliskan huruf China di atas selembar kertas beras China.
Arifin mengangkat kedua tangannya untuk berdoa di Vihara. Saya bertanya kepada Arifin apa doanya jika dia memiliki harapan untuk negaranya. Tanpa ragu dia menjawab, "Indonesia yang saya tahu, di mana saya dibesarkan, saya meyakininya sebagai tempat di mana kita bergerak maju bersama. Tak masalah Anda seorang Kristen atau Muslim, Tionghoa atau Jawa. Ini adalah Indonesia.” 

Foto-foto diambil oleh Muhammad Fadli. Fadli adalah fotografer kelahiran Sumatera yang tinggal di Jakarta. Dia salah satu pendiri Proyek Arka, kolektif fotografer Indonesia. Dia pernah terlibat dalam beberapa proyek internasional, termasuk memotret Presiden Joko Widodo untuk Monocle.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com