TANGERANG, KOMPAS.com - Kekecewaan terlihat di raut Iwan (42), warga Koang Jaya, Tangerang Kota, Rabu (28/2/2018) siang.
Pasalnya, ia sudah menebar jala atau memancing dengan jala di Bendung Pasarbaru atau Pintu Air 10 sejak pagi. Namun, Sungai Cisadane hanya memberinya dua ikan mujair hari ini.
"Udahan dah, pegal tangan dari pagi ngejala," kata Iwan ketika ditemui Kompas.com di tengah-tengah pintu air.
Baca juga: Perbaikan Jembatan Cisadane, Pengusaha di Bogor Rugi Puluhan Juta
Menurut Iwan, ketika musim hujan, ikan memang susah didapat. Namun, ketika kemarau, ikan cukup berlimpah.
Paling banyak, ia pernah membawa setengah karung mujair.
Ikan-ikan itu dijualnya di pasar dan dekat rumah dengan harga Rp 30.000 per kilogram.
Baca juga: Perbaikan Jembatan Cisadane, Jarak Tempuh Bogor-Sukabumi 11 Jam
Namun, jika hanya mendapat dua ikan seperti hari ini, biasanya hanya dimakan sendiri.
"Di rumah sudah bosan makan ikan. Di kulkas ketemunya ikan lagi, ikan lagi, tetapi ya mau gimana," ujarnya.
Sebenarnya, berkurangnya ikan di Sungai Cisadane bukan disebabkan musim penghujan semata.
Baca juga: Berantas Radikalisme dan Persekusi, Polrestro Tangerang Bentuk Team Elang Cisadane
Sudah beberapa tahun terakhir ini, jumlah tangkapan semakin menyusut.
"Sejak banyak pabrik, kan, pada buang limbah ke sungai, ya, mana bisa hidup ikannya," kata Iwan.
Iwan yang lahir dan tumbuh besar di Tangerang mengenal baik Sungai Cisadane.
Baca juga: Mayat Bayi Perempuan Ditemukan di Pinggir Sungai Cisadane
Dulu, ketika masih kecil, ia belajar berenang di sungai ini. Belum ada sampah-sampah seperti sekarang.
Ia bahkan mengingat "kuya-kuya" atau kura-kura yang hidup di dekat rumahnya, di bantaran Cisadane.
"Dulu mah ada yang namanya kuya-kuya, itu lho penyu, sekarang sudah hilang," tuturnya.