JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir 11 bulan sudah kasus penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bergulir. Berbagai cara telah ditempuh polisi untuk mengungkap siapa dalang penyiraman air keras yang mengakibatkan sebelah mata Novel tak dapat melihat.
Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di sekitar Masjid Jami Al Ihsan, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara, sebagai lokasi penyiraman, memeriksa CCTV di sekitar TKP dalam radius 500 meter, hingga bekerjasama dengan Australian Federal Police (AFP).
Polisi juga telah merilis dua wajah terduga pelaku penyiraman berdasarkan keterangan dari seseorang yang disebut sebagai saksi kunci hingga mengumumkan nomor hotline dengan harapan masyarakat dapat turut memberikan informasi mengenai keberadaan terduga pelaku. Namun hingga hari ini hasilnya masih nihil.
Kamis (22/2/2018) lalu, Novel tiba di tanah air setelah lebih dari 10 bulan menjalani serangkaian pengobatan mata di Singapura. Kepulangan Novel disebut-sebut akan mempermudah polisi dalam melakukan penyelidikan lanjutan.
Baca juga : BERITA FOTO: Novel Baswedan Tiba di Tanah Air
Menggali Keterangan
Dalam beberapa kesempatan polisi menyebut ada kemungkinan pihaknya akan kembali meminta keterangan Novel terkait kasus itu. Ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab dalam keterangan Novel saat diperiksa di Singapura.
Salah satu hal yang digali polisi adalah sosok jenderal aktif yang disebut-sebut Novel turut bertanggugjawab terhadap penyerangan terhadap dirinya pada 11 April 2017.
Saat itu hasil BAP (berita acara pemeriksaan) Novel hanya terdiri dari beberapa lembar. Bahkan Komisioner Ombudsman sekaligus Kriminolog Adrianus Meilala menyebut, jumlah BAP tersebut terlalu sedikit. Adrianus menyarankan polisi melakukan pemeriksaan ulang untuk melengkapi BAP tersebut.
Adrianus meminta Novel tak terlalu irit bicara kepada polisi. Menurut dia, kasus itu akan lebih cepat menemui titik terang jika Novel terbuka.
"Novel enggak kooperatif. TKP kalau keterangan yang kami terima sudah habis disisir oleh polisi, 68 saksi sudah diperiksa. Dan asumsi saya bahwa itu (BAP Novel) isinya sumir karena mana ada BAP dalam kasus sebesar itu hanya dua atau tiga lembar saja," kata Adrianus di Mapolda Metro Jaya, pada 13 Februari lalu.
Baca juga : Jokowi Ingin Dengar Laporan Kapolri Sebelum Putuskan TGPF Kasus Novel
Polisi menyatakan pantang menyerah dalam menangani kasus Novel itu. Polisi diam-diam mengirimkan surat pemanggilan pemeriksaan Novel pada tanggal 19 Februari 2018. Dalam surat panggilan tersebut polisi menjadwalkan Novel diperiksa pada tanggal 22 Februari 2018. Namun karena Novel baru tiba di Indonesia pada tanggal yang ditentukan, polisi memaklumi jika Novel tak memenuhi panggilan.
Penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya pun menyambangi rumah Novel Baswedan di Jalan Deposito RT 003 RW 010, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 27 Februari 2018. Selain untuk bersilaturahim, tujuan penyidik adalah menanyakan kesiapan Novel menjalani pemeriksaan.
Novel menjawab belum siap diperiksa. Ia dapat diperiksa jika kondisi kesehatannya sudah benar-benar pulih.
Novel Saksi Kunci
Mantan Kompolnas sekaligus kriminolog Edi Hasibuan mengatakan, keterangan Novel menjadi salah satu kunci terungkapnya kasus itu.
"Bisa disebut keterangan Novel ini jadi kunci ya," kata Edi ketika dihubungi Kompas.com Kamis pagi ini.
Ia mengatakan, hal ini terkait sejumlah nama yang pernah disebut Novel sebagai pihak-pihak yang kemungkinan besar terlibat dengan kasus itu.
"Kalau Novel pernah menyebut pelaku penyerangan terkait kasus E-KTP atau ada jenderal aktif yang terlibat itu kan banyak. Novel yang tau siapa pihak yang tidak suka terhadapnya," tambah Edi.
Ia mengatakan, keterangan itu perlu didapatkan polisi untuk melakukan pendalamanan.
"Saya kira tidak ada masalah jika Polri memintai keterangan Novel. Kita berharap ada perkembangan baru. Yang salah justru kalau polisi diam dan tidak ada perkembangan sama sekali," kata dia.
Hingga saat ini polisi masih menunggu kesiapan Novel untuk memberikan keterangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.