Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Birokrasi Zaman "Now" dan "Open Government" di Era Media Sosial

Kompas.com - 09/03/2018, 20:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bukankah contoh baik itu mudah ditemukan, tinggal direproduksi dengan proporsional. Repotnya saat ini data dan berbagai aktivitas baik itu tersimpan baik menjadi arsip, bukan sebagai sebuah konsumsi publik yang menginspirasi.

Bisa jadi seluruh fenomena hoaks yang sedang menjamur saat ini, salah satunya karena keengganan orang untuk berbagi perilaku baik di ruang publik. Hingga pada akhirnya ruang tersebut lebih banyak didominasi oleh berita buruk, hate speech, dan hujatan.

Padahal, di sekeliling kita banyak perilaku dan kegiatan positif yang bisa menginspirasi pihak lain setiap hari. Jika aktivitas media sosial dilakukan dengan bertanggung jawab dan massif, tentu diskusi publik akan terus mengalami penyegaran dan pengayaan.

Tranformasi birokrasi

Disadari, kini perhatian terhadap pentingnya membangun komunikasi publik dalam level saling pengertian (mutual understanding) tidak hanya terjadi pada sektor swasta, namun juga bagi kalangan birokrasi seperti pemerintah.

Merujuk atas kondisi tersebut, tentu saja dibutuhkan strategi komunikasi publik yang sesuai dan sesuai jamannya. Penulis ingin meneropongnya menggunakan teori klasik mengenai public relations dari Gruning dan Hunt, yang menjelaskan bahwa ada empat model sebuah organisasi membangun hubungan dengan publiknya.

Pertama, press agentry atau publisitas. Bentuk komunikasi satu arah yang mengandalkan teknik propaganda, manipulasi, dan persuasi untuk mempengaruhi publik agar berperilaku sesuai dengan kehendak organisasi.

Seringkali dalam prosesnya terjadi pengabaikan kebenaran dan tidak ada basis ilmiah yang memadai.

Kedua, model public information. Organisasi melakukan komunikasi dengan publik berjalan satu arah menggunakan teknik dan pendekatan jurnalistik dalam menyebarkan informasi. Namun, dijalankan secara defensif.

Ketiga, model two way asymmetrical. Model ini dikategorikan sebagai komunikasi dua arah. Disebut sebagai 'persuasi ilmiah' karena menggunakan persuasi untuk memengaruhi publik agar berperilaku sesuai keinginan organisasi.

Dalam prosesnya, model ini melakukan penelitian formal dan menggabungkan tanggapan khalayak dalam taktik komunikasi.

Keempat, model two way symmetrical yang dikategorikan sebagai komunikasi dua arah. Organisasi menggunakan komunikasi untuk bernegosiasi dengan publik.

Berusaha menyelesaikan konflik dan mempromosikan hubungan saling menguntungkan, memahami dan menghargai antara organisasi dan publik atau pemangku kepentingan utama.

Melakukan penelitian formal dan memasukkan umpan balik khalayak dalam taktik komunikasi. Komunikasi terbuka dan jujur itu penting.

Dalam kondisi kekinian, model two way symmetrical memang menjadi pilihan terbaik dalam membangun komunikasi dengan publik.

Gaya agitasi dan propagandis hanya akan membuat birokrasi menyediakan lubang kecaman yang semakin menganga. Tuntutan ini bukan hanya karena zaman telah berkembang dan masyarakat berubah.

Tapi karena pendekatan komunikasi yang dialogis membangun kesepahaman sesungguhnya akan secara jitu mampu menghadirkan ruang solusi yang lebih akomodatif. Satu permasalahan dalam menerapkan model ini, yakni idealnya teori harus mampu menemukan titik temu dengan aplikasi yang baik.

Karenanya, dibutuhkan komitmen yang kuat, integritas yang baik, dan sistem yang memadai. Agar pada akhirnya janji tak sekadar prasasti minim bukti, namun fakta yang bisa reduplikasi dan menjadi inspirasi baik bagi orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Megapolitan
Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Megapolitan
Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Megapolitan
Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Megapolitan
Jadi Tersangka, Sopir Truk 'Biang Kerok' Tabrakan di GT Halim Utama Sesumbar: Saya Beli Semua Mobilnya

Jadi Tersangka, Sopir Truk "Biang Kerok" Tabrakan di GT Halim Utama Sesumbar: Saya Beli Semua Mobilnya

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Megapolitan
Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Megapolitan
Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Megapolitan
Pelaku Pembacokan di Kampung Bahari Jalani Pemeriksaan dengan Tenang Usai Tewaskan Sepupu

Pelaku Pembacokan di Kampung Bahari Jalani Pemeriksaan dengan Tenang Usai Tewaskan Sepupu

Megapolitan
SPBU di Bekasi Tak Terlibat Kasus Bensin Dicampur Air, Polisi: Mereka Telah Ikuti Prosedur

SPBU di Bekasi Tak Terlibat Kasus Bensin Dicampur Air, Polisi: Mereka Telah Ikuti Prosedur

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Sungai Ciliwung, Tersangkut di Kolong Jembatan

Mayat Pria Ditemukan di Sungai Ciliwung, Tersangkut di Kolong Jembatan

Megapolitan
Sopir dan Kernet Tangki Jual Bensin ke Satpam SPBU, lalu Campur Pertalite dengan Air

Sopir dan Kernet Tangki Jual Bensin ke Satpam SPBU, lalu Campur Pertalite dengan Air

Megapolitan
Kasusnya Dihentikan, Aiman Witjaksono Minta Polisi Kembalikan Ponsel yang Disita

Kasusnya Dihentikan, Aiman Witjaksono Minta Polisi Kembalikan Ponsel yang Disita

Megapolitan
Ikut Resmikan Masjid Agung Bogor, Zulhas Puji Lokasinya yang Strategis

Ikut Resmikan Masjid Agung Bogor, Zulhas Puji Lokasinya yang Strategis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com