"Ayo bang mau ikut enggak?" ajak Deni.
Rupanya, Deni masih ingat tempat pertama saya dan dia bertemu. Saya pun ikut Deni untuk menuju kios ekspedisi di sekitar Blok B.
Karena rasa penasaran, saya kemudian meminta Deni untuk bergantian menarik troli dengan tumpukan karung berwarna putih.
"Ini ada 3 kwintal mah, lebih, 1 bal (1 kwintal) upahnya Rp 40.000 nanti kita pakai ngopi-ngopi," ucap Deni.
Troli berisi 3 tumpuk karung itu kemudian diletakannya di pinggir jalan dan kemudian saya mulai mengangkat gagang troli. Bukan main beratnya, saya pun menyerah setelah beberapa langkah mencoba.
"Kalau pertama-pertama mah pasti badan pada sakit, kalau sudah biasa mah enggak, sehari paling 4 kali angkut," kata Deni seraya tertawa sambil mengambil alih troli yang sudah tak kuat lagi saya pegang.
Baca juga : Yang di Tanah Abang Diperhatikan, Kami yang di Balai Kota Kok Tidak
Deni juga menyampaikan, selain dibutuhkan tenaga ekstra, menjadi porter butuh kesabaran ekstra. Apalagi ketika mengangkut barang harus berjibaku dengan kendaraan di sekitar.
Bahkan, tak jarang Deni maupun porter lainnya harus jalan berlawanan arah dan tak jarang juga bersenggolan dengan kendaraan yang melintas.
"Ya mau bagaimana lagi, kalau muter kan jauh, jadi lawan arah saja," ucapnya.
Meski demikian, Deni tetap menikmati pekerjaannya tersebut. Bagaimana pun juga Deni harus menghidupi istri dan dua orang anaknya yang selalu setia menanti ayahnya pulang. "Kalau sudah lihat anak istri mah capek hilang," kata Deni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.