Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kehidupan CW dan 5 Anak Adopsinya di Hotel Selama 10 Tahun

Kompas.com - 14/03/2018, 08:43 WIB
Sherly Puspita,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — CW, seorang wanita paruh baya yang disebut-sebut sebagai pensiunan dokter, mengadopsi lima anak dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dua anak di antaranya kini tengah mengidap penyakit kronis.

Yang membuat heran, CW dan kelima anak adopsinya tinggal selama bertahun-tahun di sejumlah hotel mewah di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.

Sebut saja Twin Plaza Hotel yang terletak di Slipi, Palmerah, Jakarta Barat; Hotel Peninsula yang juga terletak di Slipi; dan Hotel Le Meridien yang terletak di kawasan Jakarta Pusat.

Kehidupan keluarga CW terkuak saat salah satu anak adopsinya yang berinisial F (14) kabur dari Le Meridien sebagai tempat tinggal terakhirnya dengan alasan tak tahan atas perlakuan kasar CW.

"Saat itu, F lari ke rumah Yohana, mantan pembantu yang tinggal di dekat rumah yang dikontrak CW untuk menyimpan sejumlah barang di kawasan Kramat, Jakarta Pusat," ujar Kanit V Subdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKP Hasiati Lawole saat ditemui, Selasa (13/3/2018).

Baca juga: Biaya CW 10 Tahun Tinggal di Hotel Diperkirakan Sekitar Rp 12 Miliar

Hasiati mengatakan, di rumah Yohana, F bertemu dengan Rini yang merupakan mantan guru les F. Kepada Rini, F menceritakan perlakuan kasar CW yang diterimanya.

Rini lalu berkeinginan mengadopsi F. Ia pun mengajak F ke Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) untuk meminta bantuan pengurusan adopsi F karena diketahui F tak punya data pribadi yang lengkap.

"Nah, di situ latar belakang F terbongkar, termasuk gaya hidup janggal ibu angkatnya. LPAI pun melaporkan dugaan kekerasan fisik yang dialami F kepada polisi di Polres Jakarta Pusat," ujarnya.

Baca juga: 10 Tahun Tinggal di Hotel, CW Habiskan Rp 3 Juta Per Hari untuk Sewa Kamar

Sejumlah kejanggalan

Hasiati menemukan sejumlah kejanggalan dari kasus ini. Kejanggalan pertama adalah penyebab kaburnya salah satu anak adopsi CW berinisial F dari sebuah hotel yang mereka tinggali selama hampir dua tahun di kawasan Jakarta Pusat.

"Ini ada dua pendapat kalau menurut BAP dari Polres Jakarta Pusat. F mengaku menerima perlakuan kasar dari CW, sedangkan CW mengaku tak tahan dengan sifat F yang suka mencuri," katanya.

Menurutnya, pihaknya harus menyelidiki lebih dalam mengenai alasan F kabur dari Le Meridien untuk mengetahui ada tidaknya unsur kekerasan terhadap kelima anak adopsinya.

Baca juga: CW Mengaku Pakai Harta Warisan untuk Tinggal di Hotel 10 Tahun Bersama 5 Anak Adopsinya

Kejanggalan kedua, lanjutnya, adalah mengenai latar belakang CW. Menurut informasi yang ia dapatkan, CW bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang tinggi. Namun, anak-anaknya menyebutnya pensiunan dokter.

Menurutnya, informasi ini penting digali untuk mengetahui asal-usul CW mendapatkan uang untuk membayar biaya sewa hotel yang pasti tidak murah. CW mengaku menggunakan harta warisan untuk biaya hidup menginap di hotel selama bertahun-tahun.

Tidak hanya itu, ia pun merasa biaya hidup mewah yang dikeluarkan CW untuk kelima anaknya terkesan sangat janggal.

Baca juga: 4 Kejanggalan Kasus CW yang Tinggal Bertahun-tahun di Hotel Bersama Anak Adopsi

"Tiga anaknya diajak berlibur ke luar negeri, dua anak lainnya tidak diajak karena dokumen kelahiran tak lengkap sehingga tak bisa urus paspor. Lalu, anak-anak itu juga menjalani program homeschooling yang pasti biayanya tidak murah," katanya.

Kejanggalan berikutnya adalah mengenai ada tidaknya dokumen adopsi kelima anak angkatnya. Pasalnya, dua anak adopsi CW diketahui menderita penyakit kronis.

"Kalau memang dia mantan dokter, mengapa mengadopsi anak yang bermasalah kesehatannya. Lalu, mengenai dokumen adopsi juga belum ditunjukkan," ucapnya.

Menurutnya, hal-hal inilah yang menjadi poin utama penyelidikan timnya. Sampai saat ini, kasus CW yang tinggal bersama kelima anak adopsinya belum terpecahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com