Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Perempuan Pukuli Siswi SMP karena Cemburu, Peran Orangtua Dipertanyakan

Kompas.com - 14/03/2018, 10:37 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan peristiwa perundungan (bullying) dengan kekerasan yang kembali terjadi di Tangerang pada Jumat (9/3/2018) pekan lalu.

Komisioner KPAI, Jasra Putra, menyebutkan, peristiwa perundungan dengan kekerasan yang dilatarbelakangi cemburu tersebut ada kaitannya dengan penggunaan media sosial di kalangan pelaku dan korban.

"Ini harus menjadi kewaspadaan kita semua karena ini berawal dari media sosial kemudian saling mengintip media sosialnya. Pada akhirnya terjadi perilaku kekerasan dan bullying," kata Jasra kepada Kompas.com, Rabu (14/3/2018).

Para pelaku, yakni LS (15) dan YIZ (15), juga dianggap Jasra kurang mendapatkan asupan informasi positif dari orangtua dan masyarakat di sekitar lingkungan mereka.

Baca juga: Penganiayaan Siswi SMP di Tangerang yang Dipicu Cemburu...

Terlebih kedua anak tersebut juga putus sekolah sehingga tidak memiliki aktivitas lain dan melampiaskannya pada tindakan kriminal seperti perundungan itu.

"Pada dasarnya anak-anak usia 13 sampai 16 tahun adalah usia pubertas, usia yang butuh pendampingan orangtua, apalagi dua anak yang jadi pelaku itu putus sekolah dan ini tentu menjadi catatan penting juga bagi Pemkot Tangerang agar menyediakan solusi bagi anak-anak putus sekolah," kata Jasra.

KPAI, kata Jasra, kemudian akan segera berkoordinasi dengan pihak Polres Metro Tangerang untuk memastikan langkah-langkah hukum yang diambil polisi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Baca juga: Chat Facebook Jadi Pemicu ABG Aniaya Siswi SMP di Tangerang

Bagaimanapun, kata Jasra, mereka yang terlibat dalam aksi perundungan dengan kekerasan tersebut adalah korban. Korban dari absennya orangtua dan pendidikan yang seharusnya mengarahkan mereka ke perilaku positif.

"Kami akan pantau terus soal penanganan hukum kedua pelaku dan untuk korban nantinya sesuai dengan standar yang ada harus direhabilitasi serta mendapatkan pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)," ucap Jasra.

Peristiwa perundungan dengan kekerasan itu terjadi pada Jumat (9/3/2018) dan terekam dalam sebuah video berdurasi 1 menit 46 detik yang viral di media sosial.

LS dan YIZ menganiaya WA (13) karena WA dianggap LS mendekati pacarnya melalui sebuah obrolan di Facebook.

Baca juga: Siswi SMP Dianiaya 2 Remaja Perempuan di Tangerang, Kronologinya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pasca-Lebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Pasca-Lebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com