Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang: Lokbin Pasar Minggu Murah Bayarnya, tapi Enggak Ada yang Beli

Kompas.com - 20/03/2018, 18:04 WIB
Nursita Sari,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pedagang tak perlu membayar sewa mahal untuk bisa berjualan di lokasi binaan (lokbin) Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Seorang pedagang nasi dan lauk pauk, Suparti (48), menyebut hanya perlu membayar uang retribusi Rp 130.000 per bulan untuk berjualan di kios Lokbin Pasar Minggu.

Sisanya, dia membayar Rp 10.000 per hari untuk biaya air dan listrik.

Meskipun tarifnya murah, Suparti menyebut sangat jarang pembeli yang datang ke Lokbin Pasar Minggu. Para pedaganglah yang harus berkeliling pasar dan terminal agar jualannya laku.

"Di sini (Lokbin Pasar Minggu) murah bayarnya, tapi enggak ada yang mau beli," ujar Suparti saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (20/3/2018).

Baca juga : Mendengar Keluhan Pedagang Lokasi Binaan Pasar Minggu yang Belum Bisa Balik Modal...

Menurut Suparti, para pembeli bisa jadi malas datang ke Lokbin Pasar Minggu karena lokasinya yang berada di belakang pasar tradisional dan Terminal Pasar Minggu.

"Ini kalau kulinernya harusnya kan di depan. Dari awal sudah salah penataan. Ini di belakang, samping-sampingnya warga yang masak sendiri," ucapnya.

Ananda (23), pedagang yang lainnya, menyampaikan hal serupa. Lokbin yang berlokasi di pojokan itu membuat pembeli tak mau datang.

Kondisi Lokbin Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tampak sepi, Selasa (20/3/2018).KOMPAS.com/NURSITA SARI Kondisi Lokbin Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tampak sepi, Selasa (20/3/2018).

Tak banyak pembeli yang datang membeli masakannya. Hal itu berbeda dengan saat ia berjualan seblak di sekitar terminal.

"Dulu jualan di situ, jualan seblak, laku. Ini paling pojok, susah orang masuk. Saya tadinya jualan seblak, cuma kurang laku. Jadi beralih ke nasi," kata Ananda.

Baca juga : Dagang di Lokbin Pasar Minggu, kalau Nggak Ngider Nggak Dapat Duit

Dia berharap pemerintah mau memindahkan para pedagang ke tempat berjualan yang lebih dekat dengan terminal dan pasar tradisional. Dengan begitu, dagangan mereka bisa lebih laku.

"Kalau mau, dibagusin, kalau bisa jangan di sini banget, campur sama pedagang pisang aja di depan," ujarnya.

Lokbin Pasar Minggu dibangun atas kerja sama pemerintah dengan swasta. Sejak beroperasi April 2017, lokbin selalu sepi.

Awalnya ketiadaan pembeli ini dianggap imbas dari tempat pembuangan sampah (TPS) yang berdiri persis di depan lokbin.

Setelah TPS ditutup dan dialihfungsikan menjadi bangunan untuk penampungan sementara pedagang, tempat itu masih juga sepi pembeli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' hingga Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" hingga Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Megapolitan
Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Megapolitan
SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa 'Stasioner' untuk Tanggulangi Banjir

SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa "Stasioner" untuk Tanggulangi Banjir

Megapolitan
Gibran Kunjungi Rusun Muara Baru, Warga: Semoga Bisa Teruskan Kinerja Jokowi

Gibran Kunjungi Rusun Muara Baru, Warga: Semoga Bisa Teruskan Kinerja Jokowi

Megapolitan
Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Megapolitan
ODGJ Diamankan Usai Mengamuk dan Hampir Tusuk Kakaknya di Cengkareng

ODGJ Diamankan Usai Mengamuk dan Hampir Tusuk Kakaknya di Cengkareng

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Megapolitan
Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Megapolitan
Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com