JAKARTA, KOMPAS.com - Para pedagang tak perlu membayar sewa mahal untuk bisa berjualan di lokasi binaan (lokbin) Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Seorang pedagang nasi dan lauk pauk, Suparti (48), menyebut hanya perlu membayar uang retribusi Rp 130.000 per bulan untuk berjualan di kios Lokbin Pasar Minggu.
Sisanya, dia membayar Rp 10.000 per hari untuk biaya air dan listrik.
Meskipun tarifnya murah, Suparti menyebut sangat jarang pembeli yang datang ke Lokbin Pasar Minggu. Para pedaganglah yang harus berkeliling pasar dan terminal agar jualannya laku.
"Di sini (Lokbin Pasar Minggu) murah bayarnya, tapi enggak ada yang mau beli," ujar Suparti saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (20/3/2018).
Baca juga : Mendengar Keluhan Pedagang Lokasi Binaan Pasar Minggu yang Belum Bisa Balik Modal...
Menurut Suparti, para pembeli bisa jadi malas datang ke Lokbin Pasar Minggu karena lokasinya yang berada di belakang pasar tradisional dan Terminal Pasar Minggu.
"Ini kalau kulinernya harusnya kan di depan. Dari awal sudah salah penataan. Ini di belakang, samping-sampingnya warga yang masak sendiri," ucapnya.
Ananda (23), pedagang yang lainnya, menyampaikan hal serupa. Lokbin yang berlokasi di pojokan itu membuat pembeli tak mau datang.
Tak banyak pembeli yang datang membeli masakannya. Hal itu berbeda dengan saat ia berjualan seblak di sekitar terminal.
"Dulu jualan di situ, jualan seblak, laku. Ini paling pojok, susah orang masuk. Saya tadinya jualan seblak, cuma kurang laku. Jadi beralih ke nasi," kata Ananda.
Baca juga : Dagang di Lokbin Pasar Minggu, kalau Nggak Ngider Nggak Dapat Duit
Dia berharap pemerintah mau memindahkan para pedagang ke tempat berjualan yang lebih dekat dengan terminal dan pasar tradisional. Dengan begitu, dagangan mereka bisa lebih laku.
"Kalau mau, dibagusin, kalau bisa jangan di sini banget, campur sama pedagang pisang aja di depan," ujarnya.
Lokbin Pasar Minggu dibangun atas kerja sama pemerintah dengan swasta. Sejak beroperasi April 2017, lokbin selalu sepi.
Awalnya ketiadaan pembeli ini dianggap imbas dari tempat pembuangan sampah (TPS) yang berdiri persis di depan lokbin.
Setelah TPS ditutup dan dialihfungsikan menjadi bangunan untuk penampungan sementara pedagang, tempat itu masih juga sepi pembeli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.