Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atlet Dayung Terpaksa Mendayung Lautan Busa

Kompas.com - 24/03/2018, 06:00 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Manfaat Kanal Banjir Timur yang membentang sepanjang 23,5 kilometer rupanya tak hanya untuk pencegahan banjir di wilayah Jakarta Timur dan Utara.

Kanal yang dirancang sejak zaman kolonial Belanda itu juga dimanfaatkan oleh warga untuk berkebun dan memancing. Kanal itu juga menjadi 'kawah candradimuka' bagi puluhan atlet dayung di Provinsi DKI Jakarta.

Pelatih Kepala Persatuan Olahraga Dayung Selurub Indonesia (PODSI) DKI Jakarta Qurrotal Ayun mengatakan, sudah lima tahun terakhir mereka berlatih di Kanal Banjir Timur, tepatnya di Pintu Air WEIR 3 Marunda.

Ayun menuturkan, sebelumnya mereka berlatih di Bahtera Jaya, Ancol. Namun, cuaca yang tidak menentu membuat Ayun dan anak asuhnya mesti berhijrah.

"Makin lama global warming kali ya ini membawa dampak kepada cuaca sehigga kita ga bisa memprediksi waktu. Program kita terhambat ketika kita melakukan latihan di air karena ombak lalu lintas kapal," katanya.

Baca juga : Busa di KBT Marunda Disebut karena Pertemuan Air Laut dan Tawar

Para atlet pun tak bisa memanfaatkan Waduk Sunter Barat. Ayun mengatakan, panjang waduk itu tidak sesuai dengan spesifikasi.

"Kita butuh minimal 2,5 kilometer karena ada nomor 2.000 meter. Danau Sunter panjangnya hanya satu kilometer lebih dikit," katanya.

Mendayung lautan busa

Sejak berlatih di KBT pada 2013, para atlet dayung mempunyai tempat latihan yang cukup representatif. Lintasan yang panjang dan omba yang tak begitu tinggi membuat para atlet dapat nyaman berlatih.

Puncaknya, Ayun berhasil mengantar salah seorang anak didiknya untuk berlaga di Olimpiade Rio 2016

Atlet-atlet yang berlatih di KBT memang sangat beragam, mulai dari usia belasan tahun hingga seorang olimpian pun berlatih di sana.

Namun, kemunculan busa di KBT Marunda beberapa waktu terakhir rupanya ikut mempengaruhi program latihan yang disusun Ayun dan kawan-kawan.

Ia menuturkan, para atlet terpaksa mendayung di tengah hamparan busa tebal. "Ya kita tetap latihan di sini, kalau enggak di sini di mana lagi," katanya.

Sebenarnya, Ayun bisa mengadakan latihan di bagian KBT lainnya. Namun, ia menilai, butuh banyak tenaga untuk menggotong peralatan dayung dan kapal-kapalnya ke sana. Apalagi, banyak anak didiknya yang masih berusia belia.

Baca juga : Warga Sudah Biasa Lihat Busa di Marunda

Walau mesti berjibaku di tengah lautan busa, Ayun tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan para atlet.

"Kalau tebal begini (busanya), kita enggak latihan di sini. Takut anak-anak sesak napas kalau nyebur," katanya.

Ayun pun berencana mengadaka tes rontgen bagi para atlet untuk mengetahui kondisi pernapasan mereka setelah berlatih di tengah busa.

Di samping itu, Ayun menyampaikan, tidak ada masalah berarti yang diakibatkan dari kemunculan busa-busa tersebut. Gatal-gatal pun tak dirasakan oleh para atlet. "Kita selalu instruksikan untuk cuci langsung bersih-bersih setelah latihan," katanya.

Harapan para pendayung

Terlepas dari tumpukan busa, kata Ayun, KBT merupakan lokasi ideal untuk dijadikan tempat latihan dayung. Kehadiran warga yang lalu-lalang pun membuat olahraga itu semakin dikenal masyarakat.

Baca juga : Melihat Lautan Busa di KBT Marunda...

Ayun mengatakan, sulit mencari lahan seperti KBT untuk dijadikan tempat latihan mendayung. Selain ketiadaan lahan, dana yang digelontorkan pun tidak sedikit.

"Kita enggak gampang Mas ya, ini cabang olahraga (cabor) awam, cabor yang sulit yang kurang masyarakat tahu. Untuk mencari fasilitas air itu tempatnya jarang dan biayanya juga besar jadi harus ada campur tangan dari Pemprov," kata Ayun.

Ia pun berharap pemerintah segera membersihkan busa-busa yang memenuhi KBT agar para atlet dapat kembali berlatih dengan aman dan nyaman.

Ayun pun tak menolak bila pemerintah dapat menyediakan tempat latihan khusus yang jauh lebih baik. "Ya jangan ditanya itu mah mau banget," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com