Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Lautan Busa di Marunda, Warga Diimbau Tak Pakai Deterjen Berlebihan

Kompas.com - 25/03/2018, 19:31 WIB
Nursita Sari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengimbau warga tidak berlebihan menggunakan deterjen.

Sebab, penggunaan deterjen yang berlebihan dapat mencemari perairan di Jakarta hingga dapat menimbulkan lautan busa di Kanal Banjir Timur (KBT) Marunda, Jakarta Utara.

"Lebih rasional lah menggunakan deterjen. Kadang-kadang kan kita juga lebay juga tuh ya. Nyuci sebenarnya cukup satu sendok deterjen, ini kalau enggak berbuih banyak, enggak puas," ujar Andono saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/3/2018).

Baca juga : Ada Lautan Busa di Marunda, Sandiaga Akan Temui Pengusaha Laundry

Andono menyampaikan, Jakarta saat ini belum memiliki sistem pengolahan air limbah atau sewerage system yang ideal. Saluran air hujan masih menyatu dengan saluran air limbah yang dialirkan ke kanal-kanal.

Akibatnya, semua limbah rumah tangga juga ikut mencemari lingkungan. Apalagi, Andono menyebut deterjen yang ada di Indonesia ini dikategorikan hard detergent dengan kadar fosfat tinggi yang menghasilkan banyak buih dan tak ramah lingkungan.

"Ini persoalan kita bersama juga. Jadi, mengedukasi, jangan kita terlalu hambur (menggunakan deterjen). Jangan terlalu berlebihan, kalau berlebihan artinya akan menimbulkan beban di lingkungan," kata Andono.

Baca juga : Limbah Deterjen Warga Penyebab Lautan Busa di KBT Marunda

Memberikan edukasi kepada warga terkait penggunaan deterjen merupakan langkah jangka pendek yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi pencemaran air dari limbah deterjen.

Dalam jangka panjang, Pemprov DKI akan membuat sewerage system di 15 zona di Jakarta yang sudah direncanakan sejak 2012.

Dengan adanya sewerage system, saluran air limbah akan dipisahkan dengan saluran air hujan.

Air limbah akan disalurkan ke waduk yang ditentukan sebagai pusat pengolahan air limbah atau centralized treatment plan.

Dari 15 zona, Andono menyebut, baru dua zona yang mulai direalisasikan pembangunannya, yakni zona 1 untuk wilayah Sudirman-Thamrin dan sekitarnya menuju ke utara yang pengolahan limbahnya akan dipusatkan di kawasan Waduk Pluit serta zona 6 yang pusat pengolahan limbahnya akan ditempatkan di Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Secara keseluruhan, kata, pembangunan sewerage system membutuhkan waktu sangat lama, bisa mencapai 20 tahun.

Saat ini, Jakarta baru memiliki satu sewerage system di Waduk Setiabudi yang dikelola PD PAL Jaya.

"Itu meng-cover area Kuningan dan sekitarnya, jadi Setiabudi, Jalan Denpasar, itu semua sudah sewerage. Tapi itu presentasinya kalau enggak salah, kalau dibandingkan Jakarta, itu baru 5 persenan," ucap Andono.

Perairan KBT di kawasan Marunda dipenuhi busa pada Jumat (23/3/2018) sore. Busa itu memenuhi KBT selepas Pintu Air Weir 3 Marunda.

Busa-busa di KBT Marunda itu sudah menjadi pemandangan warga sehari-hari. Busa-busa itu sudah muncul selama beberapa tahun terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com