Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sepinya Lokbin PKL di Jakarta yang Menanti Pembeli...

Kompas.com - 04/04/2018, 12:02 WIB
Ardito Ramadhan,
Dian Maharani

Tim Redaksi

"Ini kalau kulinernya harusnya kan di depan. Dari awal sudah salah penataan. Ini di belakang, samping sampingnya warga yang masak sendiri," katanya.

Sepinya Lokbin Pasar Minggu ikut berimbas pada kondisi ekonomi para pedagang. Sejumlah pedagang mengaku belum balik modal, Suparti salah satunya.

Pedagang naai itu sampai harus mengurangi belanja bahan makanan untuk menekan pengeluaran.

"Saya pusing, dari April (2017) sudah habis (keluar uang) Rp 9 juta, enggak balik modal," katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Handayani. Pedagang minuman ini sampai harus berjualan berkelilin kawasan Pasar Minggu untuk memperoleh pembeli.

"Dagang di lokbin ini kalau enggak ngiderya enggak dapat duit. Kalau pagi saya ngider, jual aqua (air kemasan), kopi," kata Handayani.

Para pedagang mendengar informasi Lokasi Binaan Pasar Minggu akan dikelola koperasi OK OCE mulai April ini. Mereka berharap, lokasi binaan itu menjadi ramai pembeli nantinya.

Lokasi parkir lokbin Taman Kota Intan di jalan Cengkeh, Rabu (31/1/2018). Area parkir ini siap menampung kendaraan warga yang ingin menonton gerhana bulan malam ini.Kompas.com/Setyo Adi Lokasi parkir lokbin Taman Kota Intan di jalan Cengkeh, Rabu (31/1/2018). Area parkir ini siap menampung kendaraan warga yang ingin menonton gerhana bulan malam ini.

Masalah lokasi dan variasi

Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah DKI Jakarta Irwandi mengakui sepinya Lokbin Kota Intan. Namun, ia membantah bila Lokbin Pasar Minggu terbilang sepi.

Menurutnya, dari 12 Lokbin yang ada di Jakarta, Lokbin Kota Intan adalah satu-satunya yang sepi pengunjung.

"(Lokbin) Pasar Minggu rame, rame pengunjung itu pasar ratusan orang kok dibilang sepi. Nggak ada, cuma (Lokbin) Kota Intan doang (yang sepi)," kata Irwandi saat dihubungi, Selasa (3/4/2018).

Irwandi mengatakan, sepinya Lokbin Kota Intan disebabkan oleh faktor lokasi dan variasi dagangan. Ia menyoroti jenis-jenis makanan di sana yang menurutnya tidak menarik.

"Kami sudah beri penyuluhan tolong dong diperbaharui makanannya dan dagangannya nanti kalau enggak mau kami akan paksa juga untuk diganti," kata Irwandi.

Baca juga : Pedagang Kuliner di Lokbin Kota Intan Akan Dialihkan Jual Suvenir Asian Games

Keberadaan kafe di kawasan Kota Tua juga dianggap memberatkan persaingan. Menurutnya, wisatawan akan memilih mengisi perut di kafe-kafe tersebut ketimbang di Lokbin Kota Intan.

Ke depannya, Irwandi berencana mengalihkan komposisi dagangan di Lokbin Kota Intan untuk fokua ke penjualan souvenir jelang Asian Games 2018 pada Agustus mendatang.

"Kami hanya suruh ganti dagangannya gitu. Kalau untuk keluar kan enggak boleh, kami juga enggak boleh sekejam itu. Kami suruh ganti, kalau dia enggak mau ganti, enggak mau ikutin aturan kita, ya terpaksa (akan ditindak)," katanya.

Irwandi pun mencontohkan Lokbin Meruya yang ramai pengunjung karena variasi dagangannya.

"Di Meruya itu memang pasar, dagangannya macem-macem, ada ember segala macem. Kayak pasar banget," katanya.

Pada akhirnya, pedagang Lokbin hanya bisa berharap lapak-lapaknya dapat segera diserbu pengunjung dan statusnya tidak lagi hidup segan mati tak mau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com