Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kehidupan Warga Kampung Akuarium Dua Tahun Setelah Digusur

Kompas.com - 11/04/2018, 15:14 WIB
Ardito Ramadhan,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua tahun telah berlalu sejak Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, digusur pada 11 April 2016.

Rabu (11/4/2018) siang, udara panas menyambut ketika Kompas.com menginjakkan kaki di bekas kampung yang berada di belakang kompleks Museum Bahari tersebut.

Puing reruntuhan bangunan, masih berserakan di kawasan yang dulunya dihuni oleh ribuan orang tersebut. Dua tahun berlalu, momen pilu penggusuran rupanya masih tersimpan di memori sejumlah warga Kampung Akuarium.

Djuronah (46) masih ingat ketika ia berjuang mempertahankan rumah yang ia bangun bersama mendiang suaminya. "Sekarang saya pakai tongkat karena jatuh waktu penggusuran itu," kata Djuronah.

Baca juga : Melihat Kondisi Shelter di Kampung Akuarium

Djuronah menuturkan, penggusuran tersebut tidak hanya menghilangkan tempat tinggalnya, tapi juga sumber penghasilannya. Usaha rumah kontrakannya, ikut digusur bersama sedikitnya 200 rumah lain saat itu.

Perubahan kondisi ekonomi setelah penggusuran juga dirasakan Tedi Kusnaedi (59). Tabungan yang disiapkan untuk biaya kuliah anaknya, habis untuk bertahan hidup di tenda-tenda selepas penggusuran.

"Anak saya SMK doang, kan gak bisa kuliah karena digusur. Tabungan untuk kuliah akhirnya dipakai buat hidup setelah rumah digusur," katanya.

Hidup di Tenda Darurat

Selama dua tahun terakhir, Tedi dan Djuronah pun bertahan di tenda dan gubuk darurat yang didirikan di atas puing bangunan. Tedi menuturkan, tinggal di tenda dan gubuk darurat bukanlah hal yang mudah.

Ia mengatakan, hidup di bawah tenda darurat bukan hanya mengorbankan kenyamanan, tetapi juga bertaruh nyawa. Ayah empat anak itu mengatakan, setidaknya ada 24 warga tenda darurat yang meninggal dunia dalam dua tahun terakhir.

"Tingkat kematian sangat tinggi waktu itu akibat hidup di gubuk yang tidak layak. Dalam dua tahun hampir ada 24 orang. Artinya ada satu orang yang meninggal setiap bulannya" kata Tedi.

Baca juga : Anies: Kampung Akuarium Sudah Dibongkar, Kami Mau Bangun dari Puing-puing

Shelter atau tempat tinggal sementara berdiri di tengah puing-puing bekas Kampung Akuarium, Rabu (11/4/2018). KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D Shelter atau tempat tinggal sementara berdiri di tengah puing-puing bekas Kampung Akuarium, Rabu (11/4/2018).

Di balik segala risiko tersebut, Tedi dan Djunaroh memilih bertahan bersama lebih dari 80 kepala keluarga (KK) lainnya. Tedi beralasan, Kampung Akuarium telah menjadi tempatnya mencari nafkah sejak lama.

"Kami di Kampung Akuarium tidak sekejap, pak. Sudah tiga puluh tahun saya menata kehidupan dan mencari nafkah untuk keluarga di sini," katanya.

Oleh karena itu, ia juga menolak direlokasi ke sejumlah rumah susun sebagaimana ditawarkan Pemerintah. "Tidur di gedung mewah rusun begitu kalau perutnya keroncongan juga enggak mungkin bisa tidur," kata Tedi.

Alasan yang sama dikemukakan oleh Hendri (36). Ia mengatakan Kampung Akuarium telah menjadi satu-satunya tempat tinggal sejak lahir. "Saya dari kecil sudah di sini, bekerja juga di sini. Kalau harus pindah, ya kita bingung juga," katanya.

Baca juga : Dibangun Shelter, Warga Kampung Akuarium Pindah ke Tenda Darurat

Halaman:


Terkini Lainnya

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com