Djuronah punya cerita berbeda. Janda satu anak ini sempat pulang ke kampung halamannya di Brebes, Jawa Tengah, beberapa bulan setelah penggusuran.
Namun, ia memilih kembali ke ibu kota supaya dekat dengan keluarga anaknya, yang tinggal di Cakung, Jakarta Timur. "Kalau saya di Brebes, lagi kangen sama anak saya, kan mahal bayar busnya. Kalau di sini, Rp 10.000 bisa buat pulang-pergi," katanya.
Pindah ke "Shelter"
Sudah sebulan terakhir warga Kampung Akuarium dipindahkan ke empat buah bangunan shelter yang berdiri di sana. Tedi mengatakan, ada 88 unit shelter yang disediakan untuk 85 KK yang terdaftar.
"Saya bilang dengan ada shelter ini cukup membantulah. Hidup yang layak, tidur yang layak, kebocoran dan kehujanan juga sudah enggak. Meskipun, ya, masih jauh dari rumah kami yang dulu," kata Tedi.
Baca juga : Melihat Kondisi di Dalam Tenda Warga Kampung Akuarium
Kini, Tedi dan warga lainnya tengah menunggu realisasi pemerintah dalam membangun kembali kampung yang telah rata dengan tanah itu. Bagi mereka, shelter hanyalah persinggahan sementara.
"Shelter ini alhamdulillah ada sedikit kenyamanan. Kita tunggulah rumah permanennya dalam dua tahun ini," kata Hendri.