Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Terurai Rapi di Peron 5 Stasiun Duri, tetapi Kepadatan Terjadi di Peron 4

Kompas.com - 11/04/2018, 22:54 WIB
Rima Wahyuningrum,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penumpang kereta rel listrik (KRL) lintas Duri-Tangerang tampak rapi dan terbagi di tiga titik keluar Stasiun Duri, yakni di eskalator, crossing atau jalur pejalan kaki untuk menyeberangi rel di bagian utara dan selatan.

Dari pantauan Kompas.com pada Rabu (11/4/2018) di Stasiun Duri, untuk keberangkatan pada pukul 17.58 WIB, tak terjadi desak-desakan baik dari penumpang yang masuk dan keluar kereta di peron 5.

Penumpang yang keluar langsung tersebar ke tiga titik keluar. Penumpang yang berada di gerbong ujung memilih keluar di crossing yang berada pada bagian utara dan selatan.

Baca juga : Penumpang KRL Tidak Boleh Berdiri jika Naik Kereta Bandara di Stasiun Duri

Pihak stasiun juga telah menyediakan tenda sementara di peron yang tak beratap menuju kedua arah crossing tersebut. Tenda tersebut berdiri dengan penyangga besi dan beratap kain tebal warna hitam dan putih.

Sementara itu, jalur eskalator telah disterilkan lebih dulu oleh petugas keamanan. Petugas mematikan mesin untuk lajur turun sehingga penumpang bisa menggunakan eskalator seperti tangga manual ke lantai atas.

Vivi (19) dan Dira (19), mahasiswi yang setiap hari berangkat dan pulang kuliah menggunakan KRL lintas Duri-Tangerang, memilih menggunakan crossing saat keluar dari kereta. Mereka enggan mengantre keluar dengan eskalator.

"Kita pakai celokan (crossing) kalau enggak di sini (sebelah utara) yang di sana (sebelah selatan)," kata Dira.

"Kalau eskalator terlalu ramai dan lebih lama. Kita juga seringnya gerbong ujung, yang wanita," timpal Vivi.

Pemandangan berbeda tampak di peron 4 untuk keberangkatan kereta pukul 18.15 WIB. Kepadatan penumpang tak hanya terlihat dari lajur khusus lintas ke Tangerang, tetapi juga dari lintas transit Tanah Abang.

Kepadatan yang terlihat itu terjadi karena hanya ada rangkaian kereta dengan 8-10 kereta di peron 4. Adapun kereta dengan 12 gerbong hanya tersedia di peron 5.

"Crossing ini juga perlu diperhatikan. Ini kan jam segini banyaknya penumpang enggak cukup," kata Santi (45), penumpang lainnya.

Baca juga : Pengguna KRL Duri-Tangerang Tunggu Realisasi Janji Menhub Atasi Penumpukan Penumpang

Santi memilih untuk tetap menggunakan eskalator sebagai jalur keluarnya lantaran jarak crossing yang dinilainya jauh dari jangkauan.

Sebab, ia terbiasa naik di gerbong bagian tengah yang dekat dengan eskalator. "Kan yang (crossing) dua itu jauh banget diujung sana (utara) dan ujung sini (selatan)," ujar dia.

Sebelumnya, penguraian penumpang di Stasiun Duri untuk lintas Duri-Tangerang menjadi sorotan. Sebab, jalur keluar hanya ada satu, yakni eskalator.

Hal itu terjadi saat lintas tersebut berbagi jalur dengan kereta api bandara pada akhir Maret 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com