Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Keluhkan Semrawutnya Trotoar di Kramat Jati

Kompas.com - 17/04/2018, 16:34 WIB
Stanly Ravel,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan di badan trotoar untuk wilayah Jakarta Timur, bukan hanya di Jatinegara saja, tapi juga di kawasan Pasar Induk Kramat Jati.

Banyak PKL yang semrawut menjajakan dagangannya di badan trotoar, khususnya di Jalan Raya Bogor, depan Pasar Induk Kramat Jati.

Dari pantauan Kompas.com di lokasi, Selasa (17/4/2018), beberapa pedagang yang rata-rata menjajakan buah, nampak menggunakan badan trotoar untuk berjualan. Akibatnya, tidak ada ruang tersisa untuk berjalan kaki.

Hal ini kemudian dikeluhkan oleh warga yang biasa memanfaatkan trotoar di kawasan tersebut.

Baca juga : Satpol PP Jatinegara Tertibkan Trotoar Otistas dari PKL dan Parkir Liar

"Sebenarnya ngga masalah dagang, tapi harusnya disediain tempat. Kita habis belanja, mau ke halte jalan susah, mau ngga mau jalan di pinggir jalan begini," kata Ratna, sehabis berbelanja di Jakgrosir Pasar Induk, Jakarta Timur, Selasa (17/4/2018).

Kondisi trotoar yang diduduki sejumlah PKL itu memang memprihatinkan, karena ruang untuk pejalan kaki hampir 80 persen tidak bisa digunakan.

Kesemerautan trotoar di Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (17/4/2018)Stanly Ravel Kesemerautan trotoar di Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (17/4/2018)

Dampaknya, keselamatan pengguna trotoar terancam karena harus berjalan di sisi jalan raya, karena hampir setiap beberapa meter sekali trotoar dikuasai pedagang buah.

"Kesenggol spion angkot sih sering, namanya kita jalan di pinggir jalan raya, apalagi kalau bawa belanjaan dari pasar, repotkan," ucap Suherman, yang sedang mengatar istrinya berbelanja untuk kebutuhan warungnya.

Bukan hanya di area pasar induk, pemandangan serupa juga terjadi di Pasar Kramat Jati dekat Rumah Sakit Polri, hingga depan Lippo Mall Krmat Jati. PKL di lokasi ini dinilai lebih parah semrawutnya.

Baca juga : PKL Tanah Abang Gelar Dagangan di Depan Kantor Ombudsman

Selain minim trotoar, para pedagang dan parkir liar juga terlihat mendominasi. Suasana ini membuat pengunjung kesulitan berjalan, dan sering menimbulkan kemacetan.

"Sudah dari dulu begini, susah ditatanya. Pemerintahnya juga diam saja, ngga ada gerakan mengatur," kata Dede, warga Cimanggis, yang sedang menunggu angkot.

Kesemerautan trotoar di Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (17/4/2018)Stanly Ravel Kesemerautan trotoar di Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (17/4/2018)

Kesemrawutan makin parah saat malam hari, karena hampir setiap hari ruas jalan dijadikan arena dadakan berjualan ikan dan sayur mayur. Parahnya lagi, bau amis ikan jarang dibersihkan, sehingga udara saat pagi dan siang hari sangat tidak sedap.

"Dibersihin tapi cuma disapu-sapu aja, harusnya sekalian disiram karbol biar ngga bau anyir, karena bekas sisik-sisik ikan itu banyak sekali," kata Ika pengguna jalan lainnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com