JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Railway Operation PT MRT Jakarta Mega Tarigan mengatakan, 41 masinis mass rapid transit (MRT), termasuk 6 masinis perempuan diwajibkan memiliki sertifikasi sebagai syarat mengoperasikan MRT.
Mega mengatakan, saat ini 41 masinis tersebut belum memiliki sertifikasi karena harus menjalani trial berupa praktik lintas atau uji lapangan yang rencananya dijadwalkan dimulai pada November 2018.
"Sertifikasi harus ada, nanti diterbitkan Kementerian Perhubungan. Persyaratannya kan harus ada praktik lintas," ujar Mega di Kantor PT MRT Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (18/4/2018).
Mega mengatakan, praktik lapangan tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat karena konstruksi lintasan MRT masih belum selesai dibangun.
Baca juga : Masinis Perempuan MRT Jakarta Jalani Psikotes seperti Tentara Amerika
Untuk itu, praktik lapangan masih harus menunggu konstruksi selesai. Namun, Mega menargetkan seluruh masinis akan mendapatkan sertifikasi dari Kemenhub sebelum MRT beroperasi pada Maret 2019.
Seluruh masinis termasuk masinis perempuan telah diseleksi secara ketat dengan tes berstandar internasional.
Sebelumnya, para masinis juga telah dilatih oleh perusahaan prasarana di Malaysia yang memiliki teknologi MRT yang sama dengan MRT yang akan dioperasikan di Indonesia.
Baca juga : MRT Jakarta Mampu Mengangkut 1.900 Penumpang
"Sulit dilakukan karena sekarang kan masih konstruksi. Jadi setelah selesai akan ada fase dimana ada trial run. Setelah itu mereka dapatkan barulah bisa mengajukan sertifikasi ke Kemenhub. Kami jadwalkan tiga bulan, sertifikasi paling lambat Maret 2019," ujar Mega.
Sebanyak 41 masinis termasuk 6 masinis perempuan akan mengoperasikan MRT fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI pada Maret 2019. Saat ini kesiapan operasional MRT dan pemeliharaan telah mencapai 50,55 persen.