"Tapi kan databasenya dapat dijual berkali-kali, jadi di situ keuntungannya," ujar Abdul, Selasa (17/4/2018).
3. Mengaku jadi nasabah
Metode pertama yang dilakukan para pembobol kartu kredit adalah dengan mengaku sebagai nasabah. Setelah mendapatkan data para nasabah, pelaku mengecek data mana yang masih merupakan nasabah aktif.
Kemudian mereka menghubungi call centre bank tertentu, mengaku sebagai nasabah bank dan meminta kepada customer service bank untuk meng-update atau memperbarui nomor ponsel data nasabah itu dengan dalih kartu kreditnya sedang mengalami kerusakan.
Baca juga : Ini Cara Pelaku Bobol Kartu Kredit Bermodalkan Data Nasabah Curian
Berdasarkan permintaan pelaku, kemudian bank melakukan verifikasi dengan cara memberikan berbagai pertanyaan detail kepada pelaku.
“Dengan data yang sudah didapatkan oleh tersangka NM, maka tersangka mampu menjawab pertanyaan dari pihak bank. Termasuk data nama orangtua maupun tanggal lahir,” ujar Abdul.
Setelah lolos verifikasi pihak bank maka tersangka mendapatkan OTP (One Time Password). NM kemudian meminta customer service bank untuk segera menerbitkan kartu kredit baru dan meminta agar kartu tersebut dikirim ke alamat rumah tersangka.
Satu minggu kemudian kartu diantar ke alamat yang pelaku minta. Barulah pelaku dapat melakukan transaksi tarik tunai maupun belanja online.
Baca juga : Pemilik Situs Web Jual Beli Data Nasabah Seorang Ahli IT
4. Mengaku jadi pihak bank
Modus kedua adalah berpura-pura menjadiadi petugas bank. Mereka akan menghubungi korban dengan mengaku sebagai pihak bank dan memberitahukan bahwa kartu kredit milik korban sedang mengalami kerusakan.
“Lalu korban diminta menyebutkan ATP tiga digit angka yang ada di belakang kartu. Serta tanggal kadaluwarsa kartu kredit milik korban,” jelas Abdul.
Baca juga : Spesialis Pengganjal Kartu ATM Total Gasak Rp 1,1, Miliar Uang Nasabah
Setelah tersangka menguasai data kartu kredit milik korban, tersangka menggunakan data kartu kredit tersebut untuk transaksi tunai maupun online.
5. Gunakan ratusan nomor pribadi
Abdul mengimbau para nasabah tak mudah percaya dengan info perbankan yang diterima dari penelepon dengan nomor telepon pribadi.
"Mereka pakai nomor telepon pribadi biasanya. Para pembobol juga menggunakan 80 sampai 100 nomor telepon berbeda untuk menghubungi korbannya," ujar Abdul.