JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menyayangkan tindakan represif aparat terhadap mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya di depan Istana Negara, dalam rangka merayakan peringatan 20 tahun reformasi.
"Di era demokrasi sebagai buah dari reformasi, kebebasan berpendapat dan berekspresi dijamin UU, dan saya kira kritikan konstruktif sehat bagi kehidupan berbangsa harus dihargai," kata Ketua Umum PB HMI, Respiratori Saddam Al Jihad, dalam siaran pers, Selasa (22/5/2018).
Saddam mengatakan, saat masih ada kritik dalam beragam bentuk, termasuk demonstrasi, merupakan pertanda baik bagi demokrasi. Ia menyayangkan cara aparat dalam peristiwa tersebut.
Baca juga: Demo 20 Tahun Reformasi Berakhir Rusuh, 7 Mahasiswa Cedera
Aparat sebagai pengayom rakyat, semestinya lebih menekankan pendekatan persuasif dalam berkomunikasi dengan mahasiswa. "Kritikan dari mahasiswa bukti kecintaan mereka kepada bangsa dan negara ini," ujar Saddam.
Saddam menambahkan, persoalan kemanusiaan ialah keutamaan bagi demokrasi. Saat hak sipil dibungkam dengan cara-cara yang represif, itu artinya Indonesia sedang mengalami krisis kemanusiaan.
Baca juga: Cerita di Balik Aksi Mahasiswa Kuasai Gedung DPR Saat Reformasi 1998
Bertepatan di bulan suci Ramadhan, Saddam mengingatkan pentingnya memelihara kedamaian agar tetap terjaga. "Saya meminta agar semua pihak menahan diri, aparat juga harus memilih cara yang lebih lunak dalam menghadapi mahasiswa, tidak kemudian bertindak agresif," ujar Saddam.
Seperti diketahui, sejumlah mahasiswa menggelar aksi refleksi 20 tahun reformasi di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (21/5/2018). Dalam aksi tersebut, terjadi kericuhan hingga tujuh mahasiswa dilarikan ke rumah sakit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.