Mulai merawat anak asuh di tengah keterbatasan
Kehidupan anak-anak di Yayasan Benih Kebajikan Nusantara Al-Hasyim kini jauh lebih beruntung dibanding anak-anak generasi pertama yang diasuh sekitar tahun 2002.
Banyak pihak yang peduli dan memberikan bantuan kepada yayasan.
Dulu, Joko dan Tati merawat anak-anak itu dengan kehidupan seadanya.
Makan pun ala kadarnya hanya dengan mie instan, sambal, ikan asin, tempe, tahu, dan kerupuk.
Joko dan Tati bersyukur anak-anak asuh mereka saat itu tak masalah hidup serba terbatas.
"Alhamdulillah anak-anak mau terima kondisi itu, yang penting sekolahnya terjamin. Anak-anak pada waktu itu luar biasa semua. Dengan keterbatasan, mereka semangat," ucapnya.
Dulu, Joko hanya mengandalkan penghasilannya sebagai sopir panggilan atau pekerja lepas untuk menghidupi anak-anak asuhnya.
Ia "nyopir" dari pagi hingga malam untuk menghidupi anak-anak asuhnya.
Namun, sejak menderita penyakit diabetes dan hepatitis pada 2016 lalu, Joko memutuskan berhenti menjadi sopir.
Ia kemudian membuka warung kelontong di Jalan Kedondong, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Saat ini, ada 38 anak laki-laki dan perempuan yang tinggal di Yayasan Benih Kebajikan Nusantara Al-Hasyim.
Usia mereka beragam.
Ada yang masih bayi, balita, anak-anak usia SD, hingga anak-anak usia SMA dan sederajat.
Di antara mereka ada yang diantarkan langsung orangtuanya untuk dirawat di yayasan.
Orangtua anak-anak itu menitipkan mereka diasuh di yayasan karena terhimpit ekonomi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.