Kehidupan anak-anak itu jauh lebih beruntung dibanding anak-anak generasi pertama yang diasuh sekitar tahun 2002.
Banyak pihak yang peduli dan memberikan bantuan kepada yayasan.
Dulu, Joko dan Tati merawat anak-anak itu dengan kehidupan seadanya.
Makan pun ala kadarnya hanya dengan mie instan, sambal, ikan asin, tempe, tahu, dan kerupuk.
Joko dan Tati bersyukur anak-anak asuh mereka saat itu tak masalah hidup serba terbatas.
"Alhamdulillah anak-anak mau terima kondisi itu, yang penting sekolahnya terjamin. Anak-anak pada waktu itu luar biasa semua. Dengan keterbatasan, mereka semangat," kata Joko.
Dulu, Joko hanya mengandalkan penghasilannya sebagai sopir panggilan atau pekerja lepas.
Cincin itu hilang karena terlalu lama tidak ditebus.
Untuk menghidupi anak-anak asuhnya, Joko "nyopir" dari pagi hingga malam.
Namun, sejak menderita penyakit diabetes dan hepatitis pada 2016, Joko memutuskan berhenti menjadi sopir.
Ia kemudian membuka warung kelontong di Jalan Kedondong, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.