JAKARTA, KOMPAS.com - Kerasnya kehidupan di Ibu Kota membuat apapun dikerjakan untuk menghidupi kebutuhan kelurga.
Munir (56) salah satunya, warga Jakarta ini memilih menjadi seorang kuli barang atau porter di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Di usianya yang tak lagi muda, Munir terpaksa menjadi porter karena tuntutan ekonomi dan hanya berbekal ijazah SD.
Baca juga: Cerita Porter Tanah Abang yang Penghasilannya Menurun sejak Ada Ojek Online
Pria yang sudah 8 tahun bekerja sebagai porter ini sebelumnya merupakan seorang pemulung.
"Mendingan kerja yang begini dibanding yang dulu. Setiap hari bisa kasih uang makan untuk anak istri," ujar Munir kepada Kompas.com, Jumat (25/5/2018).
Munir bekerja setiap hari pada pukul 08.00-17.00.
Baca juga: Menjajal Jadi Porter Tanah Abang, Angkut 1 Kuintal Barang Dibayar Rp 40.000
Belasan hingga puluhan kilogram barang setiap harinya diangkut Munir, tak peduli melihat kenyataan dirinya tidak lagi muda dan tenaganya tidak sekuat dulu.
Ia menggunakan troli jika membawa barang-barang bermuatan ratusan kilogram.
Jarak barang yang diangkut juga terbilang cukup jauh.
Baca juga: Putaran di Depan Blok A Ditutup, Sandi Ingin Porter Bekerja Malam Hari
Misalnya dari sebuah toko menuju perusahaan ekspedisi bisa berjarak sekitar 2 km. Jarak tersebut belum ditambah kemacetan Tanah Abang yang harus dihindari.
Sekali mengantar barang, Munir diberi upah Rp 20.000 hingga Rp 45.000.
Namun, ia juga harus menyetor sejumlah uang kepada mandor para porter di Tanah Abang.
Munir berharap dapat terus menghidupi istri serta tiga orang anaknya yang putus sekolah.
Baca juga: Putaran di Depan Blok A Ditutup, Porter-porter Nekat Terobos Pembatas
Selama bulan Ramadhan, Munir berusaha bekerja sambil menjalankan puasa.