Pada 21 Juni 1970, saat Edhi masih bekerja di puncak Patung Dirgantara, ia melihat iring-iringan mobil jenazah melintas di bawah.
Baca juga: Pesan Seniman Pembuat Patung Pancoran Sebelum Meninggal
Iring-iringan itu rupanya membawa jenazah Soekarno dari Wisma Yaso menuju pangkalan udara Halim Perdanakusuma yang akan diberangkatkan menuju Blitar.
Konservasi setelah puluhan tahun
Patung Dirgantara pertama kalinya dikonservasi pada 2014 setelah puluhan tahun selesai dibuat dan dipasang di ruang publik.
Sukardi menyampaikan, biaya konservasi Patung Pancoran berkisar Rp 500 jutaan. Konservasi dilakukan dengan membersihkan debu, polusi, karat, hingga pengawetan.
"Kami melakukan pengawetan dengan memberikan lapisan supaya polusi tidak langsung kontak dengan material (patung), tapi ada lapisan pelindungnya itu, semacam lapisan plastik," kata Sukardi.
Lapisan pelindung itu diperkirakan bisa bertahan lima tahun.
Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta melibatkan pemanjat tebing bersertifikasi untuk melakukan konservasi, mengingat tingginya Patung Dirgantara.
"Kami merekrut orang-orang yang punya sertifikasi panjat tebing. Jadi, tenaga ahli konservasi men-training dulu mereka yang akan naik ke atas. Kami mengendalikan dari bawah," ujar Sukardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.