Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Robur", Bus yang Pernah Jadi Primadona di Ibu Kota pada Masanya...

Kompas.com - 01/06/2018, 15:25 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Pada awal Januari 1967, 50 bus Robur mulai melayani berbagai trayek yang dipilih PT Tavip, perusahaan pengelolanya.

Tahun 1975 kondisi keamanan di Jakarta masih dianggap rawan. Oleh karenanya di jalanan sering terjadi razia terhadap kendaraan yang dicurigai. Terlihat sebuah bis Robur yang sangat populer saat itu, dengan nama Tavip tengah dirazia oleh beberapa petugas keamanan Kodam Jaya, Selasa, 13 Mei 1975.KOMPAS/Kartono Ryadi Tahun 1975 kondisi keamanan di Jakarta masih dianggap rawan. Oleh karenanya di jalanan sering terjadi razia terhadap kendaraan yang dicurigai. Terlihat sebuah bis Robur yang sangat populer saat itu, dengan nama Tavip tengah dirazia oleh beberapa petugas keamanan Kodam Jaya, Selasa, 13 Mei 1975.
Trayek-trayek tersebut di antaranya, Grogol-Lapangan Banteng, Jembatan Semanggi-Harmoni-Lapangan Banteng, dan Rawamangun-Salemba-Lapangan Banteng.

PT Tavip membagi 50 bus ke beberapa trayek.

Untuk jalur Grogol-Lapangan Banteng sejumlah 25 bus; Jembatan Semanggi-Harmoni-Lapangan Banteng 5 bus; Stasiun Jatinegara 5 bus, dan untuk cadangan PT Tavip menyediakan 5 bus.

Dengan beroperasinya bus Robur, maka operasional bus-bus lama akan disalurkan untuk jalur di Kebayoran Baru dan Tanjung Priok.

Tarif bus Robur

Bus Robur yang berkapasitas 29 penumpang itu, beroperasi saat pemerintah baru memberlakukan kebijakan moneter berupa penerbitan uang baru dan pemotongan nilai tukar rupiah sebesar 1.000 persen.

Dengan adanya kebijakan tersebut, pecahan Rp 1.000 sama dengan Rp 1.

Selaku penyelenggara transportasi saat itu, PT Tavip memasang tarif jauh-dekat Rp 20 sen untuk uang baru dan Rp 200 untuk nilai pecahan lama.

Pada tahun yang sama, tarif Robur naik menjadi Rp 50 sen dan kemudian naik lagi menjadi Rp 5.

Pada April 1968, pemerintah menaikkan lagi tarif ini menjadi Rp 10.

Namun, kenaikan tarif tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai. Bus Robur memiliki ventilasi kendaraan yang tidak sesuai dengan kondisi iklim Indonesia.

Jendela pada samping kanan-kiri tidak dapat dibuka. Kondisi tersebut menyebabkan penumpang merasa pengap dan kegerahan karena tidak leluasanya udara yang masuk ke bus.

Para warga Ibu Kota mulai mengeluhkan kondisi bus Robur.  

Pada tahun 1980-an, eksistensi bus Robur mulai meredup. Setelah hampir 20 tahun beroperasi di Ibu Kota dan sejumlah daerah di Indonesia, keberadaan bus Robur mulai ditinggalkan. Berganti dengan metromini yang dianggap lebih layak. 

Kompas TV Warga dapat menggunakan kartu OK OTRIP untuk naik Transjakarta, metromini dan mikrolet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com