JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Satkopaska Koarmada I Kapten Edy Tirtayasa mengatakan, pihaknya terpaksa menembak buaya yang muncul di Dermaga Pondok Dayung karena dianggap membahayakan masyarakat serta anggota TNI AL yang bertugas di kawasan tersebut.
Dermaga Pondok Dayung merupakan lokasi Pangkalan TNI AL. Buaya jenis muara tersebut diperkirakan memiliki panjang sekitar 3 meter dengan diamater 70-80 sentimeter.
"Kami terus lakukan patroli, bagaimana caranya itu ketangkep. Karena susah, kami tembak karena takutnya nanti jadi permasalahan," ujar Edy, di Dermaga Pondok Dayung, Jakarta Utara, Sabtu (16/6/2018).
Pihak TNI AL belum berkoordinasi dengan lembaga pelindung satwa liar karena terbentur hari libur Lebaran. Edy mengatakan, tidak bisa memastikan apakah buaya tersebut mengarah ke Pantai Ancol seperti yang dikabarkan sebelumnya.
Baca juga: Buaya Kembali Terlihat di Dermaga Pondok Dayung
Hal ini karena sebelumnya buaya tersebut pertama kali terlihat di Dermaga Sunda Pondok Dayung pada Kamis (14/6/2018). Kemudian pada Jumat (15/6/2018), TNI AL yang berjaga melihat buaya tersebut di dermaga Pondok Dayung yang berada persis di pintu masuk Pangkalan TNI AL.
Padahal jarak penemuan buaya yang pertama dan kedua cukup jauh. "Itu saya enggak bisa bilang ya kecil atau tidak (kemungkinan) masuk Pantai Ancol, tapi itu kan penemuannya di Sunda (Dermaga Sunda Pondok Dayung), itu di balik pulau. Paginya, dia sudah muncul di pintu Pondok Dayung. Dari mana coba dia lewatnya," ujar Edy.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Letkol Laut (P) Agung Nugroho sebelumnya mengatakan, personel TNI AL yang berjaga di Dermaga Pondok Dayung sempat menembak buaya yang muncul di dermaga tersebut, Jumat (15/6/2018).
Baca juga: Buaya yang Terlihat di Dermaga Sunda Pondok Dayung Ditembak TNI AL
Anggota TNI yang berjaga menembak buaya tersebut di bagian belakang kepala. Setelah penembakan itu, pihaknya menyisir kawasan dermaga. Namun, hingga kini, buaya tersebut belum juga ditemukan.
"Personel jaga melaksanakan tindakan perburuan dengan menggunakan senjata laras panjang dan menembak bagian belakang kepala buaya, kemudian (buaya) tenggelam," ujar Agung, saat dihubungi Kompas.com, Jumat.