Menurut dia, perlu dipikirkan solusi baru agar pedagang mendapatkan tempat penampungan yang tidak sepi pembeli.
"Kemarin kan sudah dicoba di Taman Kota Intan tapi enggak berjalan karena enggak ada traffic-nya, (pembeli) enggak mengarah ke sana. Dan mengapa mereka di badan jalan, karena mereka ingin menangkap para pengunjung yang jalan di badan jalan tersebut, sehingga mengakibatkan kesemrawutan. Ini adalah tantangan ke depan," papar dia.
Ia menilai, lokasi lokbin yang tak terlalu strategis itu membuat para pedagang lebih memilih berdagang di trotoar. Pembeli pun akhirnya lebih memilih membeli dagangan para PKL liar di trotoar karena lebih mudah dijangkau aksesnya.
Membangun "cluster"
Sandiaga mengatakan, sistem cluster cocok dijadikan sebagai strategi untuk menampung PKL Kota Tua.
Baca juga: Lebaran, PKL Menjamur hingga Penuhi Badan Jalan Kawasan Kota Tua
"Saya rasa salah satu yang kita coba lakukan adalah meng-cluster tempat-tempat tersebut. Kemarin kan dicoba di Taman kota Intan tetapi enggak berjalan karena tidak ada traffic-nya, tidak mengarah ke sana," ujar Sandiaga.
Ia mengatakan, dengan sistem cluster tersebut, ia ingin membangun tempat penampungan pedagang satu pintu dengan mengarahkan pembeli melalui jalan tersebut sehingga potensi terjualnya dagangan para PKL lebih tinggi.
Menurut dia, kebijakan ini akan ia diskusikan dengan pihak-pihak terkait sehingga saat pelaksanaannya, betul-betul mengurangi kesemrawutan kawasan Kota Tua akibat para PKL liar tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.