Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengemudi Go-Jek Terbantu Layanan Pembayaran Non Tunai

Kompas.com - 28/06/2018, 20:42 WIB
Nursita Sari,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengemudi Go-Jek mengaku senang dengan adanya layanan pembayaran non-tunai dompet digital Go-Pay.

Layanan itu menghindarkan mereka dari order fiktif yang dilakukan konsumen nakal.

Salah seorang pengemudi Go-Jek Ade Maulana menyampaikan, order fiktif kadang-kadang terjadi pada layanan Go-Food.

Baca juga: Go-Jek Buru Dana Segar 1,5 Miliar Dollar AS

Konsumen memesan sejumlah makanan dan memilih opsi bayar secara tunai.

Namun, saat pengemudi Go-Jek mengantarkan makanan yang dipesan ke alamat tujuan, pemesan tersebut tidak ada atau sama sekali tidak merespons.

Pengemudi Go-Jek pun merugi karena mereka sudah membayarkan makanan yang dipesan terlebih dahulu.

Baca juga: Lagi Makan Sate Maranggi, Dedi Mulyadi Diserbu Selfie Ratusan Driver Go-Jek Asal Bandung

"Kalau pakai Go-Pay enak, customer benar. Enggak ada order fiktif, kan, sudah bayar duluan," ujar Ade saat berbincang dengan Kompas.com di Kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/6/2018).

Ade bercerita, temannya sesama pengemudi Go-Jek pernah membelikan pesanan senilai Rp 500.000.

Namun, pemesan itu "menghilang" saat pengemudi Go-Jek tersebut mengantarkan pesanan ke tempat tujuan.

Baca juga: Ekspansi ke Vietnam dan Thailand, Go-Jek Gunakan Nama Go-Viet dan Get

Nomor ponsel pemesan tersebut juga tidak bisa dihubungi.

Hal itu membuat Ade tidak mau menerima order Go-Food dalam jumlah besar, terutama pada malam hari.

"Kemarin teman sudah beliin (makanan) pakai cash, kan, (pemesan) ditelepon enggak aktif. Jadi, saya kalau dapat orderan malam, kalau enggak pakai Go-Pay, enggak mau, enggak berani," katanya. 

Baca juga: Go-Jek Resmi Umumkan Ekspansi ke Vietnam dan Thailand

Ucapan Ade diamini Sutardi, pengemudi Go-Jek yang lainnya.

Sutardi juga merasakan adanya kepastian konsumen yang memesan Go-Food.

Dia mengaku pernah menunggu konsumen hingga dua jam untuk mengantarkan makanan dan mengambil uang pengganti ditambah biaya pengiriman. 

Baca juga: Ratusan Mitra Pengemudi Go-Jek dan Keluarga Mudik Gratis

"Kalau orderan malam di atas jam 00.00, ada saja tuh customer yang ketiduran. Kalau pakai Go-Pay, kan, enak, kita tinggal gantungin di tempatnya. Saya pernah dua jam menunggu customer karena enggak pakai Go-Pay," ucap Sutardi.

Pengemudi Go-Jek lainnya, Riki, juga merasa terbantu dengan adanya layanan Go-Pay.

Dia tidak perlu repot-repot mencari uang kembalian.

Baca juga: Go-Jek Ditawari Pendanaan Baru Rp 13,8 Triliun?

"Buat kami itu ngebantu. Cairinnya (tarik tunai) juga gampang, masuk ke rekening kita langsung," tutur Riki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com