JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah buaya muara dikabarkan muncul di beberapa permukiman warga di Jakarta. Buaya-buaya itu ditemukan di dua lokasi, yaitu di Dermaga Pondok Dayung, Jakarta Utara dan di Kali Grogol, Jakarta Barat.
Kabar munculnya buaya di Dermaga Pondok Dayung yang berada dekat Pangkalan TNI AL bermula saat anggotal TNI AL melihat buaya berukuran hampir tiga meter berenang di perairan dekat dermaga pada 15 Juni 2018. Buaya tersebut dikabarkan terlihat berkali-kali.
Anggota TNI AL sempat menembak buaya tersebut di bagian kepala.
Organisasi pelindung satwa menyayangkan aksi penembakan tersebut. Mereka berharap agar TNI AL maupun pemerintah menangkap buaya tersebut hidup-hidup.
Baca juga: Buaya Muara di Kali Grogol Susah Ditangkap, Ini Saran Ahli LIPI
Selang dua pekan, atau Rabu lalu, buaya muara juga terlihat di Kali Grogol. Ukuran buaya dilaporkan sekitar 1 meter.
Sejumlah petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Grogol menyampaikan, mereka sering melihat buaya di kawasan itu. Namun, hal itu tidak dilaporkam karena dianggap kemunculan buaya di kawasan itu sudah biasa.
Cara penangkapan
Direktorat Polisi Air Baharkam (Ditpolair) Polri dibantu TNI Angkatan Laut (AL) menggelar patroli pasca-penampakan buaya di Dermaga Pondok Dayung. Patroli dilakukan setiap hari guna menangkap buaya tersebut.
Meski tidak menyebut dengan pasti metode penangkapan, petugas berjanji tidak akan melukai apalagi membunuh buaya tersebut.
Adapun metode penangkapan buaya di Kali Grogol dilakukan dengan tiga cara. Pertama, memancing buaya tersebut dengan makanan. Petugas memancing buaya dengan daging ayam yang telah dipotong. Jika buaya muncul, petugas akan menjeratnya dengan tali. Jika belum juga berhasil, cara penangkapan kedua dengan menggunakan jaring. Jika kedua cara tersebut tidak juga berhasil, petugas akan membius buaya itu.
"Tapi itu (pembiusan) cara terakhir ya," ujar Petugas Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Widodo.
Baik petugas Ditpolair maupun KLHK masih berusaha menangkap buaya yang terlihat di wilayah mereka masing-masing.
Wilayah dermaga pondok dayung terbilang cukup luas, bahkan aliran laut bisa mengalir ke berbagai wilayah.
Adapun petugas dari KLHK kesulitan menangkap buaya karena diganggu warga yang antusias menonton upaya penangkapan buaya tersebut. Petugas hampir menangkap buaya tersebut pada Rabu sore, tetapi gagal karena ada pengunjung yang melempar buaya tersebut sehingga buaya kembali masuk ke dalam air.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Exploitasia mengatakan, kemunculan sejumlah buaya di beberapa lokasi di Jakarta tidak berhubungan dengan kejadian alam.
Baca juga: Pihak KLHK Siapkan Tiga Cara Menangkap Buaya di Kali Grogol
Indra mengatakan, ada empat dugaan asal buaya-buaya tersebut.
Pertama, banjir bandang yang terjadi di Jakarta tahun 2006 membuat sejumlah buaya yang ada di penangkaran lepas. Buaya-buaya yang lepas itu akhirnya berkembang biak di luar habitatnya.
Kedua, buaya tersebut dipelihara warga, kemudian dengan sengaja dilepas warga tersebut.
Ketiga, buaya tersebut meninggalkan habitat alaminya untuk menjelajahi wilayah lain untuk mencari makan.
Keempat, buaya tersebut terlepas dari penangkaran.
Untuk alasan terakhir, KLHK telah memeriksa penangkaran buaya yang ada di daerah Cikande dan Serang. Petugas penangkaran mengatakan, tidak ada buaya yang lepas. Selain itu, jarak kedua tempat penangkaran itu sangat jauh dari lokasi kemunculan buaya. Jika tertangkap, seluruh buaya akan dikembalikan ke habitat aslinya.
"Makanya kami evakuasi untuk memastikan apakah ini benar dari alam atau memang dari penangkaran, atau ini dilepas orang. Akan sangat terlihat dari morfologinya kalau memang dia dipelihara atau dari alam, akan terlihat sekali," ujar Indra.
Waspada
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Isnawa Adji meminta petugas UPK Badan Air DLH berhati-hati saat beroperasi di sekitar kali yang ada di Jakarta.
Petugas UPK Badan Air merupakan bagian dari DLH yang bertugas membersihkan kali kotor di Jakarta.
"Yang pasti tadi saya warning jajaran pasukan oranye UPK Badan Air yang bertugas di kali, sungai untuk waspada dan hati-hati," ujar Isnawa.
Petugas Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Widodo mengatakan akan memasang papan tanda bahaya keberadaan buaya di sekitar Kali Grogol. Papan akan dipasang jika dalam waktu 7 hari, petugas belum bisa menangkap buaya tersebut.
"Kami lakukan pantauan kalau sewaktu-waktu (buaya) muncul kami minta bantuan ke pemerintah setempat, pak lurah, pemda, pemkot, pasang papan larangan kalau sampai tujuh hari ke depan belum bisa kami evakuasi," ujar Widodo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.