Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Bermunculan di Jakarta, Pemerintah Masih Upayakan Penangkapan

Kompas.com - 29/06/2018, 12:03 WIB
David Oliver Purba,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah buaya muara dikabarkan muncul di beberapa permukiman warga di Jakarta. Buaya-buaya itu ditemukan di dua lokasi, yaitu di Dermaga Pondok Dayung, Jakarta Utara dan di Kali Grogol, Jakarta Barat.

Kabar munculnya buaya di Dermaga Pondok Dayung yang berada dekat Pangkalan TNI AL bermula saat anggotal TNI AL melihat buaya berukuran hampir tiga meter berenang di perairan dekat dermaga pada 15 Juni 2018. Buaya tersebut dikabarkan terlihat berkali-kali.

Anggota TNI AL sempat menembak buaya tersebut di bagian kepala.

Organisasi pelindung satwa menyayangkan aksi penembakan tersebut. Mereka berharap agar TNI AL maupun pemerintah menangkap buaya tersebut hidup-hidup.

Baca juga: Buaya Muara di Kali Grogol Susah Ditangkap, Ini Saran Ahli LIPI

Selang dua pekan, atau Rabu lalu, buaya muara juga terlihat di Kali Grogol. Ukuran buaya dilaporkan sekitar 1 meter.

Sejumlah petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Grogol menyampaikan, mereka sering melihat buaya di kawasan itu. Namun, hal itu tidak dilaporkam karena dianggap kemunculan buaya di kawasan itu sudah biasa.

Cara penangkapan

Direktorat Polisi Air Baharkam (Ditpolair) Polri dibantu TNI Angkatan Laut (AL) menggelar patroli pasca-penampakan buaya di Dermaga Pondok Dayung. Patroli dilakukan setiap hari guna menangkap buaya tersebut.

Meski tidak menyebut dengan pasti metode penangkapan, petugas berjanji tidak akan melukai apalagi membunuh buaya tersebut.

Adapun metode penangkapan buaya di Kali Grogol dilakukan dengan tiga cara. Pertama, memancing buaya tersebut dengan makanan. Petugas memancing buaya dengan daging ayam yang telah dipotong. Jika buaya muncul, petugas akan menjeratnya dengan tali. Jika belum juga berhasil, cara penangkapan kedua dengan menggunakan jaring. Jika kedua cara tersebut tidak juga berhasil, petugas akan membius buaya itu.

"Tapi itu (pembiusan) cara terakhir ya," ujar Petugas Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Widodo.

Baik petugas Ditpolair maupun KLHK masih berusaha menangkap buaya yang terlihat di wilayah mereka masing-masing.

Wilayah dermaga pondok dayung terbilang cukup luas, bahkan aliran laut bisa mengalir ke berbagai wilayah.

Adapun petugas dari KLHK kesulitan menangkap buaya karena diganggu warga yang antusias menonton upaya penangkapan buaya tersebut. Petugas hampir menangkap buaya tersebut pada Rabu sore, tetapi gagal karena ada pengunjung yang melempar buaya tersebut sehingga buaya kembali masuk ke dalam air.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Exploitasia mengatakan, kemunculan sejumlah buaya di beberapa lokasi di Jakarta tidak berhubungan dengan kejadian alam.

Baca juga: Pihak KLHK Siapkan Tiga Cara Menangkap Buaya di Kali Grogol

Indra mengatakan, ada empat dugaan asal buaya-buaya tersebut.

Pertama, banjir bandang yang terjadi di Jakarta tahun 2006 membuat sejumlah buaya yang ada di penangkaran lepas. Buaya-buaya yang lepas itu akhirnya berkembang biak di luar habitatnya.

Kedua, buaya tersebut dipelihara warga, kemudian dengan sengaja dilepas warga tersebut.

Ketiga, buaya tersebut meninggalkan habitat alaminya untuk menjelajahi wilayah lain untuk mencari makan.

Keempat, buaya tersebut terlepas dari penangkaran.

Untuk alasan terakhir, KLHK telah memeriksa penangkaran buaya yang ada di daerah Cikande dan Serang. Petugas penangkaran mengatakan, tidak ada buaya yang lepas. Selain itu, jarak kedua tempat penangkaran itu sangat jauh dari lokasi kemunculan buaya. Jika tertangkap, seluruh buaya akan dikembalikan ke habitat aslinya.

"Makanya kami evakuasi untuk memastikan apakah ini benar dari alam atau memang dari penangkaran, atau ini dilepas orang. Akan sangat terlihat dari morfologinya kalau memang dia dipelihara atau dari alam, akan terlihat sekali," ujar Indra.

Waspada

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Isnawa Adji meminta petugas UPK Badan Air DLH berhati-hati saat beroperasi di sekitar kali yang ada di Jakarta.

Petugas UPK Badan Air merupakan bagian dari DLH yang bertugas membersihkan kali kotor di Jakarta.

"Yang pasti tadi saya warning jajaran pasukan oranye UPK Badan Air yang bertugas di kali, sungai untuk waspada dan hati-hati," ujar Isnawa.

Petugas Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Widodo mengatakan akan memasang papan tanda bahaya keberadaan buaya di sekitar Kali Grogol. Papan akan dipasang jika dalam waktu 7 hari, petugas belum bisa menangkap buaya tersebut.

"Kami lakukan pantauan kalau sewaktu-waktu (buaya) muncul kami minta bantuan ke pemerintah setempat, pak lurah, pemda, pemkot, pasang papan larangan kalau sampai tujuh hari ke depan belum bisa kami evakuasi," ujar Widodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com