JAKARTA, KOMPAS.com – Wilayah Kota Tua di Jakarta Barat dan Jakata Utara mencakup lahan seluas 334 hektar. Wilayah itu meliputi kawasan Tamansari, Pinangsia, Glodok, dan Tambora, serta Penjaringan.
Saat mendengar nama Kota Tua, masyarakat umunnya hanya mengenal kawasan Taman Fathillah yang berada di Tamansari. Tempat itu memang menjadi salah satu ikon Jakarta karena pernah menjadi pusat pemerintahan saat Jakarta masih bernama Batavia.
“Zaman kolonial dulu jadi pusat pemerintahan. Ada semacam aura dan kharisma orang yang bikin tertarik dengan wisata Taman Fatahillah. Positifnya sudah cukup terkenal, kalau ke Kota (Kota Tua) ya ke Taman Fatahilah. Negatifnya Kota Tua itu hanya Taman Fatahillah,” kata Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Norviadi Setio Husodo kepada Kompas.com.
Kawasan Kota Tua resmi menjadi warisan sejarah setelah diresmikan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tahun 1972.
Kawasan tersebut adalah daerah perdagangan yang dulu dikenal dengan nama Sunda Kepala. Pada abad ke-12, Sunda Kelapa masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran atau yang kini dikenal sebagai Bogor.
Pada masa itu Sunda Kelapa merupakan tempat pertemuan para pedagang mancanegara dari China, India, Arab, dan kemudian Eropa.
Pada masa awal kolonialisme Eropa di Nusantara, Sunda Kelapa diperebutkan oleh Portugis dan Kerajaan Demak. Kerjaan Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut Sunda Kelapa.
Pada 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa pun diubah menjadi Jayakarta.
Pada masa kolonialisme Belanda, Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau (VOC) merebut Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. Belanda membangun Batavia dan meluaskan wilayahnya di tepi barat dan timur Ciliwung. Belanda juga membangun benteng dan bangunan pemerintahan.
Pradaningrum Mijarto dalam buku Old City Tour: Jakarta menyebutkan Kota Tua sebagai tujuan wisata tertua di Jakarta yang menyimpan catatan masa lalunya.
“Kota Tua sebagai tujuan wisata paling penting di kawasan tertua Jakarta. Ada museum, bangunan tua, tembok kota dan komunitas bersejarah. Semuanya adalah saksi kehidupan kota di abad ke-12,” tulis Pradaningrum.
Warisan sejarah Kota Tua yang tersisa tersebar di sejumah wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara dalam bentuk museum, bangunan tua, tempat ibadah, pelabuhan dan kesenian.
Di kawasan Kota Tua terdapat Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Bahari, Museum Seni dan Keramik, Museum Mandiri dan Museum Bank Indonesia.
Dari semua museum itu, Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah merupakan yang paling populer. Bangunan museum itu berdiri megah di tengah-tengah Taman Fatahillah yang berdiri sejak 1712 sebagai Balai Kota Batavia.
Museum itu berisi bekas ruang-ruang pemerintahan pada masa Belanda dan mebel–mebel tua yang diabadikan dalam lemari, serta penjara bawah tanah.