Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Monumen Selamat Datang", Simbol Keterbukaan Bangsa Indonesia

Kompas.com - 03/07/2018, 05:00 WIB
David Oliver Purba,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Patung sepasang manusia yang sedang melambaikan tangan dan menggenggam bunga, menjadi pemandangan khas jika melintas di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. 

Dari mimiknya, patung yang berdiri di atas penyangga di tengah kolam Bundaran HI ini bak sedang menyapa siapa saja yang sedang melewatinya dari arah tugu Monumen Nasional (Monas).

Selaras dengan mimiknya, patung yang dikenal dengan nama 'Monumen Selamat Datang' itu dirancang untuk menyambut peserta Asian Games ke-IV di Jakarta, pada tahun 1962.

Banyak literatur yang menceritakan kisah mengenai pembangunan patung yang digagas Presiden pertama RI Soekarno itu. Namun, sedikit yang tahu bahwa proses pembuatan patung itu dilakukan dua kali.

Konservator dari Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta Sukardi mengatakan, pada 1962, Soekarno meminta Wakil Gubernur DKI Jakarta kala itu, yang juga merupakan seorang seniman, Henk Ngantung, untuk membuatkan pra desain patung tersebut.

Baca juga: Napak Tilas Lapangan Banteng...

 

Soekarno menginginkan agar patung itu menggambarkan keterbukaan bangsa Indonesia, menyambut para olahragawan yang datang dari berbagai negara.

Henk Ngantung mendesain patung tersebut layaknya muda-mudi yang riang gembira menyambut para peserta yang datang. Bunga yang ada di genggaman patung merupakan simbol persahabatan atas kedatangan para peserta Asian Games.

Pelaksanaan pembuatan dilakukan oleh tim pematung keluarga Arca, di bawah pimpinan Edhi Sunarso dengan anggota lainnya, Trisni, Askabul, Sarpomo, Moh Mudjiman, Suardhi, dan Suwandi.

Pada saat Soekarno meninjau pembuatan patung disanggar Edhi di Karangwuni, ia melihat ukuran patung tersebut terlalu besar yaitu 7 meter. Soekarno lalu meminta agar ukuran patung diperkecil.

"Maka, dibuat kembali sebagai mana bentuk sekarang dengan ukuran 5 meter," ujar Sukardi, saat berbincang dengan Kompas.com beberapa waktu yang lalu.

Soekarno minta agar patung diletakan di sekitar Hotel Indonesia yang pada saat itu merupakan gerbang masuk Jakarta. Pemilihan lokasi itu juga mengingat seluruh atlet Asian Games yang datang, diinapkan di hotel tersebut.

Pembuatan patung berlangsung selama satu tahun dengan peresmian dilakukan oleh Soekarno. Sukardi mengatakan, tidak ada perdebatan dalam pembuatan maupun peletakan patung saat itu.

Ini karena tidak ada unsur politis, karena pembuatan patung semata hanya ingin memperlihatkan semangat Jakarta dalam menyambut para tamu perhelatan olahraga terbesar se-Asia itu.

Baca juga: Patung Pancoran dan Visi Dirgantara Soekarno

Patung yang kini berdiri kokoh di Bundara HI itu memiliki berat 5 ton, dengan tinggi kepala sampai kaki 5 meter.

Sementara, tinggi seluruhnya sampai ujung tangan 7 meter, dan tinggi penyangga atau voetstuk dudukan yaitu 10 meter. Bahan yang digunakan berasal dari perunggu dengan sistem cor.

Suasana pesta kembang api saat malam tahun baru 2018 di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (1/1/2018). Sejumlah warga ibukota dan sekitarnya memadati kawasan itu untuk merayakan malam pergantian tahun 2017 ke 2018.ANTARA FOTO / HAFIDZ MUBARAK A Suasana pesta kembang api saat malam tahun baru 2018 di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (1/1/2018). Sejumlah warga ibukota dan sekitarnya memadati kawasan itu untuk merayakan malam pergantian tahun 2017 ke 2018.

Perawatan patung

Puluhan tahun berdiri kokoh, patung ini membutuhkan perawatan. Pada 2013, Konservasi Cagar Budaya DKI memutuskan untuk melakukan perawatan patung.

Dengan hati-hati, kondisi patung dicek dari ujung kepala hingga kaki. Uniknya, tak ada satupun sompelan atau bagian patung yang rusak, bahkan hilang.

Hanya karat yang menyelimuti sebagian dari tubuh patung. Sukardi mengatakan, karat dihasilkan dari polusi udara yang terjadi di sekitar Bundarai HI.

Maklum saja, Bundaran HI sekarang merupakan salah satu kawasan dengan mobilitas kendaraan tertinggi di Jakarta. Di kawasan ini, hotel mewah, pusat perbelanjaan kelas atas, dan perkantoran berdiri.

Baca juga: Kota Tua Bukan Hanya Taman Fatahillah

"Polusi sangat mempengaruhi, paling tinggi tingkat polusi sepertinya akan mempercepat terjadinya penurunan kualitas patung," ujar Sukardi.

Pembersihan karat dilakukan menggunakan air murni, yang bebas dari unsur garam. Setelah itu, patung kembali dilapisi dengan bahan kimia yang aman untuk memperpanjang usia patung.

Butuh dua pekan untuk membersihkan patung dengan anggaran perawatan yang dikeluarkan mencapai Rp 200 juta. Patung akan kembali diperiksa dalam kurun waktu lima tahun sekali.

Namun, perawatan bisa saja sewaktu-waktu dilakukan melihat situasi dan kondisi.

"Idealnya lima tahun, kemudian kita perlu perawatan lagi. Kami enggak bisa menetapkan langkah-langkah yang sama karena kita belum ngecek lagi kondisi terbarunya sekarang, apakah perawatan yang dulu sama dengan sekarang, kami harus cek lagi," ujar Sukardi.

Kompas TV Untuk meluapkan kegembiraan, beberapa suporter bahkan menceburkan dirinya ke dalam kolam Bundaran HI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com