JAKARTA, KOMPAS.com - SH (27), pelaku penjambretan di Cempaka Putih menyerahkan diri ke Polsek Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/7/2018).
SH menyerahkan diri sepekan setelah aksi penjambretan yang menewaskan seorang penumpang ojek online bernama Warsilah, Minggu (1/7/2018).
SH mengatakan, alasannya menyerahkan diri karena takut ditembak polisi. SH juga merasa resah saat mengetahui penumpang ojek online itu tewas karena perbuatannya. SH mengaku, kerap terbayang akan korbannya.
"Saya enggak nyangka, Pak, kayak selalu ada bayang-bayang (korban) yang ngikuti di mana-mana," ujar SH di Mapolres Jakarta Pusat.
Baca juga: Penjambret Beroperasi di Cempaka Putih karena Jalan Sepi dan Lurus
Mengintai sejauh 3 kilometer
SH telah mengincar Warsilah sejak melintas di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat.
Warsilah dijambret dan tewas di Jalan Ahmad Yani, Jakarta Pusat, atau sekitar 3 kilometer dari lokasi pertama SH memantau.
SH menjadikan Warsilah sebagai target karena melihat tas perempuan itu yang diletakkan di tengah tempat duduk, antara korban dan pengemudi ojek online.
SH yang mengendari sepeda motor kemudian memepet Warsilah dan langsung menarik tas yang tidak terjaga.
Secara spontan, Warsilah menahan tas miliknya. Beberapa saat sempat terjadi tarik-tarikan antara SH dan Warsilah. Namun, karena tenaga SH yang lebih kuat, Warsilah ikut tertarik sehingga akhirnya terjatuh.
Baca juga: Penjambret di Cempaka Putih Incar Korban Perempuan yang Pakai Tas Tangan
Baru tahu korban meninggal
SH mengaku baru mengetahui korbannya tewas tiga hari setelah kejadian. Tewasnya Warsilah diketahui SH dari informasi di televisi. SH mengatakan, sebelum mengetahui kematian Warsilah, perasaan SH masih biasa saja. Hal itu berubah setelah SH mengetahui Warsilah meninggal dan ia menjadi buronan polisi.
SH yang merupakan sopir angkot jurusan Pulogadung-Kota memutuskan untuk tidak bekerja dan lebih memilih wara wiri menaiki sepeda motor karena merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut.
Menyerahkan diri dan minta maaf
Tidak kuat dengan tekanan, SH memutuskan untuk mendatangi rumah pamannya yang berada di Jagakarsa, Jakarta Selatan. SH menceritakan kejadian itu kepada pamannya. Setelah berdiskusi cukup lama, SH memutuskan untuk menyerahkan diri.
"Perasaan saya tidak senang, sayang merasa bersalah. Saya menyesal, saya mau bertobat," ujar SH.
Baca juga: Penjambret di Cempaka Putih Merasa Diikuti Bayang-bayang Korban
SH mengaku menyesal atas aksi penjambretan yang menyebabkan perempuan itu tewas. SH mengatakan, ia akan meminta maaf kepada keluarga Warsilah jika nanti mereka bertemu.
SH mengatakan, ia hanya berniat merampas tas Warsilah dan tidak berniat membuat Warsilah terjatuh lalu meninggal dunia.
"Saya mau minta maaf sebesar-besarnya atas perbuatan saya. Saya menyesal dan mengaku salah," kata SH.
Menyasar kawasan Cempaka Putih
SH memilih kawasan Cempaka Putih sebagai lokasi penjambretan karena kondisi di kawasan tersebut cukup sepi, khususnya pada akhir pekan. SH telah delapan kali melakukan penjambretan dan hampir semuanya di Cempaka Putih. Khususnya pada akhir pekan, kata SH, arus lalu lintas di kawasan itu cukup sepi sehingga memudahkan dia melakukan aksinya.
SH menyasar perempuan yang menggunakan tas tangan saat berkendara atau tas yang diletakan di pangkuan penumpang.
Jika hasil jambretannya berupa ponsel, SH mengaku bakal menjualnya di situs jual beli online, dengan kisaran harga Rp 500.000.
Baca juga: Penjambret di Cempaka Putih Tahu Korbannya Tewas 3 Hari Setelah Kejadian
Ponsel yang dijualnya dengan harga murah, lebih cepat laku meski tidak memiliki kelengkapan seperti kotak maupun kartu garansi.
SH mengatakan, uang penjualan hasil kejahatannya lalu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekerjaannya sebagai sopir angkot jurusan Pulogadung-Kota dinilai tidak bisa mencukupi kebutuhannya.
Setelah melakukan aksinya, SH biasa membuang tas milik korban ke sejumlah kali di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Hal itu guna menghilangkan barang bukti atas tindakan kriminal yang dilakukan.