Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan dan Asal Usul Nama Gelora Bung Karno

Kompas.com - 10/07/2018, 16:12 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 30 September 1965 pagi, Presiden Soekarno bertandang ke Istora Senayan untuk membuka Musyawarah Besar Teknik Nasional (Mubestek). Tak ada yang menyangka peristiwa G30S/PKI yang terjadi malam harinya akan mengubah riwayat kompleks Gelora Bung Karno.

Pasca-peristiwa itu, Soeharto yang kemudian menggantikan posisi Soekarno sebagai presiden, gencar melakukan de-Soekarnoisasi atau upaya mengaburkan sosok Soekarno dalam sejarah bangsa Indonesia.

Dalam buku Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno (2004), Julius Pour menuliskan, nama sang proklamator dicopot dari kompleks olahraga kebanggaan Indonesia. Keputusan ini tertuang dalam Keppres Nomor 4 Tahun 1984 tentang Badan Pengelola Gelanggang Olahraga Senayan.

Tujuh belas tahun kemudian setelah Indonesia memasuki masa reformasi, muncul keinginan untuk mengembalikan Gelora Olahraga Senayan menjadi Gelora Bung Karno.

Baca juga: Melihat Cantiknya Trotoar Gelora Bung Karno...

Keinginan ini disampaikan secara resmi pertama kali dalam rapat dengar pendapat antara Komisi I DPR dan Menteri Sekretaris Negara Djohan Effendi pada 24 Oktober 2000. Mensesneg kala itu juga menjadi Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan (BPGS).

Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid merespons positif usulan itu saat menghadiri HUT PDI Perjuangan ke-28 di Stadion Utama GBK pada 14 Januari 2001. Tiga hari kemudian, ia pun menerbitkan Keppres Nomor 7 Tahun 2001 yang mengembalikan nama Sang Proklamator ke kompleks olahraga itu.

“Menimbang bahwa dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang di dalam masyarakat untuk menghormati dan mengabadikan nama Presiden Pertama Republik Indonesia sebagai penggagas dibangunnya Gelanggang Olahraga Senayan di kawasan Senayan, Jakarta, maka dipandang perlu untuk mengubah nama Gelanggang Olahraga Senayan menjadi Gelanggang Olahraga Bung Karno,” tulis Gus Dur dalam keputusannya 17 Januari 2001 silam.

Baca juga: Riwayat Stadion Utama GBK dan Ambisi Soekarno

Asal usul nama dari Menteri Agama

Pergantian nama GBK sebenarnya bukan saat itu saja. Menjelang peresmiannya pada 1962, Soekarno sebenarnya menamainya dengan Pusat Olah Raga Bung Karno, namun belakangan membatalkannya gara-gara Saifuddin Zuhri yang merupakan ayah dari Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Dikutip dari otobiografi KH Saifuddin Zuhri: Berangkat dari Pesantren (2013), ceritanya, saat itu Soekarno tengah membahas nama kompleks olahraga itu bersama para menteri di serambi belakang Istana. Saifuddin yang saat itu menjabat Menteri Agama, justru menyanggah usulan nama itu.

"Nama itu tidak cocok dengan sifat dan tujuan olahraga," komentar Saifuddin.

"Mengapa?" tanya Soekarno.

"Kata 'pusat' pada kalimat 'Pusat Olahraga' itu kedengarannya kok statis, tidak dinamis seperti tujuan kita menggerakkan olahraga," jawab Saifuddin.

Baca juga: Pembangunan GBK yang Sempat Ditolak Gubernur Jakarta...

"Usulkan nama gantinya kalau begitu!" balas Soekarno.

"Nama 'Gelanggang Olahraga' lebih cocok dan lebih dinamis," usul Saifuddin.

"Nama Gelanggang Olahraga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno! Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga," lanjutnya.

"Wah, itu nama yang hebat. Saya setuju!" ungkap Soekarno.

Selain mengusulkan namanya diganti, Saifuddin juga mengusulkan agar dibangun masjid di kompleks olahraga itu. Masjid Al-Ghiroh pun didirikan dan belakangan berganti jadi Masjid Al-Bana lalu Masjid Al-Bina.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com