JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan lalu lintas parah yang terjadi kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dikeluhkan sejumlah pengusaha angkutan logistik.
Truck Manager PT Dunia Express Transindo Tonny Wijaya mengatakan, waktu tempuh menuju kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dari kantornya di Sunter bisa mencapai sembilan jam padahal jarak antara dua tempat itu hanya tujuh kilometer.
"Aktual yang pernah saya jalani, supir kami itu jalan dari Sunter menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok itu baru tiba di sana pernah (setelah) 9 jam. Tetapi rata-rata 3-6 jam perjalanan," kata Tonny saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/7/2018).
Tonny menyebut supirnya pernah menghabiskan waktu 5 jam dari Sunter hanya untuk sampai ke pintu masuk Pelabuhan.
Baca juga: Kemacetan di Tanjung Priok yang Menjalar...
Tonny mengatakan, kemacetan itu merugikan perusahaannya. Pernah dalam satu hari, kata dia, sopirnya sempat tidak bisa menyelesaikan satu ritase. Akibatnya, penghasilan para sopir pun menurun.
"Utilisasinya yang seharusnya satu hari satu perjalanan menjadi dua hari satu perjalanan. Kalau dia sehari dapat Rp 100 ribu, dua hari dia dapet Rp 100 ribu juga. Seharusnya dia bisa dapat Rp 200 ribu kan," kata dia.
Wakil Ketua V DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Jimmy Ruslim bercerita bahwa salah seorang supirnya menangis karena stres menghadapi kemacetan di Tanjung Priok.
"Kami masih ramai orderan, saya tambahin orderan lagi, nangis dia. Tambahin duit juga nangis, stress dia. Ga mau dia pergi lagi, minta ampun," katanya.
Senada dengan Tonny, Jimmy menyebut kemacetan parah selalu terjadi hampir setiap hari. Bahkan, ia mengatakan bahwa kemacetan berlangsung hingga di dalam kawasan pelabuhan.
"Sempat kami mengalami sampai malam-malam itu delapan jam, ada yang dari jam 11 (siang) sampai sana jam 10 malam. Dari keluar Kodim sudah macet, sampai sana lebih parah lagi. Delapan jam macetnya saja," katanya.
Walau tak bisa menyebut nilai kerugian materi secara detail, Tonny dan Jimmy menyebut pengusaha angkutan logistik dirugikan karena meningkatnya ongkos perjalanan sementara pemasukan tidak berubah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.