Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal Tambahan Fitur Rute Alternatif Hindari Ganjil-Genap dari Google Maps

Kompas.com - 12/07/2018, 20:19 WIB
Stanly Ravel,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat kini tak perlu lagi bingung mencari rute alternatif menghindari daerah yang terdampak perluasan ganjil genap karena Asian Games.

Cukup membuka aplikasi Google Maps, pengguna mobil pribadi bisa langsung diarahkan ke rute alternatif untuk menuju lokasi tujuan tanpa melanggar ganjil genap.

Kompas.com sempat menjajalnya saat akan menuju Rawamangun dari kawasan Universitas Kristen Indonesia (UKI), melalui Jalan Panjaitan, Kamis (12/7/2018). Jalan tersebut menjadi salah satu jalan arteri yang terdampak ganjil genap mulai dari Senin sampai Minggu sejak pukul 06.00-21.00 WIB.

Saat membuka aplikasi Google Maps dan memilih tujuan ke arah Rawamangun, pada bagian atas ada fitur tambahan bertuliskan "hindari jalan khusus pelat nomor ganjil/genap berdasarkan pelat nomor mobil anda".

Baca juga: Cari Rute Alternatif Ganjil-Genap dengan Google Maps

Di bagian bawah, terdapat beberapa pilihan yang wajib diisi menyesuaikan pelat nomor mobil yang anda miliki, apakah ganjil atau genap. Selain itu juga ada tiga opsi lain rute yang bisa dipilih, yakni hindari jalan raya, hindari jalan tol, serta hindari kapal feri.

Kompas.com menjajal rute alternatif ini dengan memilih nomor pelat ganjil di tanggal genap, pada Kamis ini. Sementara untuk pilihan lainnya tadi sudah pasti menghindari jalan tol.

Setelah selesai dengan langkah tadi, rute yang awalnya dari UKI hanya tinggal lurus menelusuri Jalan DI Panjaitan, berubah dialihkan menuju jalan Dewi Sartika, lalu melintas ke Otista, hingga Matraman.

Dari Matraman, dibelokan ke kanan menuju ruas Jalan Pramuka, hingga melintasi perempatan Rawamangun dan masuk ke Jalan Pemuda, hingga akhirnya tiba di lokasi.

Rute alternatif yang ditunjukan di Google Maps ini memakan waktu yang lebih lama, selisihnya kurang lebih 20 menit bila tanpa melalui rute alternatif.

Baca juga: Perluasan Ganjil Genap Turunkan Polusi Udara Jakarta

Diperkirakan, saat kebijakan yang masih uji coba ini benar-benar sudah diberlakukan, waktu tempuh melalui rute alternatif bisa bertambah lebih lama.

Karena, akan semakin banyak kendaraan terdampak yang menggunakan rute tersebut, sehigga membuat volume lalu lintas makin meningkat.

Fitur alternatif rute ganjil genap pada Google Maps sendiri merupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Melalui penyematan informasi tersebut, diharapkan bisa membantu proses sosialisai bagi masyarakat, khususnya pengguna mobil pribadi.

Rute ganjil genap di Google MapsScreenshot/Google Maps Rute ganjil genap di Google Maps

"Dengan fitur tersebut masyarakat akan lebih cepat mengenal perluasan kebijakan ganjil genap dengan cara yang praktis, serta mendorong mereka untuk lebih cepat beradaptasi," ujar Kepala BPTJ Bambang Prihartono, dalam siaran resminya, Kamis (12/7/2018).

Bahkan, fitur ini akan berguna bagi masyarakat untuk menilai kecepatan waktu tempuh antara menggunakan kendaraan pribadi dengan angkutan umum, yang telah disediakan selama perluasan ganjil genap diberlakukan.

Baca juga: Ini Evaluasi Perluasan Ganjil-Genap Setelah Sepekan Diuji Coba

"Misalnya karena menggunakan kendaraan pribadi terlalu lama, maka memutuskan untuk menggunakan angkutan umum. Pemerintah tetap mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan umum. Namun, pada prinsipnya, pemerintah berusaha untuk melayani publik sebaik-baiknya," papar dia.

Diketahui, sejak 2 Juli 2018 lalu, uji coba perluasan ganjil genap di sejumlah jalan arteri telah dilakukan. Beda dengan sistem ganjil genap reguler, paket kebijakan ini berlaku setiap hari mulai Senin sampai Minggu dari pukul 06.00 WIB-21.00 WIB.

Ganjil genap sendiri merupakan salah satu dari tiga paket yang akan diterapkan saat Asian Games nanti, selain manajemen rekayasa lalu-lintas, kedua penyediaan angkutan umum, dan pengaturan lalu-lintas angkutan barang.

Kompas TV Sanksi yang dilakukan oleh pihak kepolisian masih berupa teguran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com