JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memastikan, kenaikan harga telur di pasaran tak mempengaruhi suplai telur bersubsidi melalui program pangan murah.
"Untuk program pangan murah tidak terganggu dengan kenaikan ini," ujar Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (12/7/2018).
Berdasarkan data mengenai harga telur yang dirilis Pemprov DKI Jakarta melalui situs infopangan.jakarta.go.id, harga telur tertinggi ada pada 9 Juli dan 10 Juli 2018.
Pada tanggal itu, di Pasar Glodok harganya mencapai Rp 30.000. Sementara itu, pada hari ini harga telur di Jakarta rata-rata Rp 27.860.
Harga tertinggi ada di Pasar Tebet, yakni mencapai Rp 30.000, sedangkan terendah di Pasar Pondok Labu seharga Rp 22.000.
Baca juga: Harga Telur di Depok Tembus Rp 30.000 Per Kilogram
Menurut Sandiaga, meroketnya harga telur ayam disebabkan naiknya dolar Amerika Serikat.
"Ada komponen dollar di telur ayam itu maupun daging ras ayam itu akhirnya mengakibatkan harganya meningkat," kata dia.
Sandiaga mengatakan, dollar AS yang hampir mencapai Rp 15.000 menimbulkan inflasi ke berbagai sektor, termasuk ke komoditas pangan yang seharusnya tak perlu terjadi.
Padahal, kata Sandiaga, pasokan telur cukup sehingga seharusnya harganya tidak melonjak. Sandiaga pun berharap, harga telur kembali turun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.