JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta Bambang Yudi mengatakan, pihaknya tidak akan memasang papan tanda bahaya keberadaan buaya di sekitar Kali Grogol, Jakarta Barat.
Hal itu dikarenakan pihaknya meyakini buaya yang sempat muncul di kali tersebut sudah tidak ada lagi karena kemungkinan telah berpindah ke laut.
"Enggak perlu (papan) tanda bahaya," ujar Bambang, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/7/2018).
Baca juga: BKSDA Resmi Hentikan Pencarian Buaya di Kali Grogol
Bambang mengatakan, keyakinan tersebut selain karena hasil laporan pengawasan yang disampaikan petugas, pihaknya juga melihat banyaknya biawak yang berada di lokasi.
Banyaknya jumlah biawak yang ada di lokasi, lanjut Bambang, mengindikasikan bahwa buaya tidak lagi ada di lokasi. Sebab, biawak termasuk makanan buaya.
Kondisi air di Kali Grogol yang kotor juga tidak memungkinkan buaya jenis muara tersebut masih berada di lokasi.
"Istilahnya sudah banyak biawak, buaya enggak ada. Biawak kan makanan buaya. Selain itu, airnya juga kan banyak penyakit, sudah kotor," ujar Bambang.
BKSDA sebelumnya resmi menghentikan pencarian buaya yang muncul di Kali Grogol, Jakarta Barat.
Baca juga: BKSDA Jakarta: Jika Seminggu Tak Muncul, Buaya di Kali Grogol Telah Berpindah
Pencarian buaya telah dilakukan sejak 27 Juni lalu. Informasi yang beredar menyebut, ada tiga ekor buaya yang berkeliaran di Kali Grogol, yang terbesar berukuran 2,5 meter.
Sejumlah cara telah dilakukan untuk menangkap buaya itu, misalnya memancing dengan menggunakan daging ayam dan memasang jaring di sekitar kali.
Namun, usaha tersebut belum membuahkan hasil. Petugas sempat hampir menangkap seekor buaya, namun usaha itu gagal setelah warga melempar batu ke buaya itu, sehingga reptil tersebut kembali ke tempat persembunyiannya.