Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Penderita Tumor Mata Diizinkan Naik Lion Air, tapi Ditolak Batik Air

Kompas.com - 11/08/2018, 14:31 WIB
David Oliver Purba,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yuni, relawan yang mendampingi bocah penderita tumor mata, Piki Ananda heran dengan kebijakan manajemen Batik Air yang tidak memperbolehkan mereka untuk menaiki maskapai penerbangan tersebut.

Yuni, Piki dan ibunya pada Jumat (10/8/2018), tidak diizinkan oleh manajemen Batik Air menaiki pesawat tersebut dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang menuju Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.

Alasan yang disampaikan, kondisi Piki dianggap menganggu kenyamanan penumpang lainnya.

Padahal, kata Yuni, saat berangkat dari Medan ke Jakarta, ketiganya menggunakan maskapai penerbangan Lion Air yang merupakan induk perusahaan dari Batik Air.

Kondisi Piki saat di Medan juga sama seperti di Jakarta. Namun, kebijakan yang diambil Batik Air berbeda dan dinilai sangat mengecewakan.

"Tapi saya heran, kenapa kami dari Medan ke Jakarta itu bisa terbang. Itu naik Lion Air. Saya juga di sana minta (rekomendasi) dari dokter karantina dan katanya laik terbang," ujar Yuni saat ditemui Kompas.com di Jakarta Pusat, Jumat malam.

Yuni mengatakan, prosedur yang dilalui di Medan sama seperti di Jakarta. Piki terlebih dahulu diperiksa oleh dokter yang berada di unit kesehatan bandara.

Dokter kemudian memberikan rekomendasi medis bahwa Piki laik terbang. Tanpa butuh waktu lama, ketiganya terbang ke Jakarta pada 30 Juli.

Namun, kata Yuni, perlakuan berbeda didapatkan saat menaiki penerbangan Batik Air. Meski Piki telah mengantongi rekomendasi medis dari dokter yang memeriksanya di bandara, anak usaha Lion Air ini tetap tidak mengizinkan Piki untuk terbang kembali ke kampung halamannya.

Alasannya karena mempertimbangkan kenyamanan para penumpang pesawat. Tumor mata yang diderita Piki dianggap mengeluarkan bau menyengat.

"Makanya saya pertanyakan kenapa di sini sudah ada surat karantina (laik terbang), kami enggak boleh terbang? Kami ada buktinya kenapa kami bisa kemari (ke Jakarta)," ujar Yuni.

"Harusnya ada toleransi lah, jangan main suka-sukanya turunin. Kerta (rekomendasi dokter) enggak dikasih, seharunya kan ada," lanjut Yuni.

Manajemen Batik Air mengkonfirmasi bahwa apa yang dilakukan manajemennya telah melalui prosedur.

Corporate Communication Strategic of Batik Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, petugas terlebih dahulu menanyakan kondisi Piki Ananda dan kemudian meminta ketiga penumpang untuk turun dan melapor ke customer service.

Piki juga telah diperiksa di karantina.

Danang mengakui bahwa Dewi telah memberikan surat kelaikan terbang dan petugas telah memeriksa surat tersebut.

Namun, kata Danang, dengan mempertimbangkan kenyamanan penumpang lainnya, Batik Air tetap tidak bisa mengizinkan Piki untuk menaiki penerbangan itu.

Pihak manajemen Batik Air telah mengembalikan biaya tiket ketiga penumpang tersebut.

"Batik Air menjelaskan, berdasarkan pertimbangan faktor kenyamanan penerbangan, maka tidak bisa memberangkatkan kembali pada penerbangan berikutnya," ujar Danang melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com