Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Geram Mengetahui Iyan Dianiaya dengan Keji di Lapangan Banteng

Kompas.com - 20/08/2018, 16:50 WIB
David Oliver Purba,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAScom - Ayah Ali Achmat Fiarmansyah alias Iyan, TB Herman Wijaya, tak terima anaknya dianiaya hingga mengalami lebam dan luka sundutan rokok di sejumlah bagian tubuh.

Herman mengatakan, ia merasa geram terhadap orang yang melakukan perbuatan itu kepada anaknya yang merupakan penderita epilepsi sejak kecil.

"Dia mungkin tidak (dendam), tapi saya. Itu karena saya yang membesarkan dia, saya tahu karakter dia. Saya marahi dia, iya, tapi saya enggak pernah pukuli dia seperti ini. Saya enggak ikhlas anak saya dipukuli begini," ujar Herman, saat ditemui di Mapolres Jakarta Pusat, Senin (20/8/2018).

Herman mengatakan, dirinya sangat terkejut dengan kondisi Iyan saat pulang ke rumah pada Sabtu (18/8/2018).

Herman mempertanyakan kondisi yang dialami Iyan kepada Sari, kakak Iyan, yang menjemput korban dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Jalan Kembangan Raya, Jakarta Barat.

Baca juga: Seorang Pemuda Diduga Dianiaya Pamdal Lapangan Banteng

 

Setelah diduga dianiaya oleh petugas pengamanan dalam Lapangan Banteng, Iyan dijemput dan dibawa oleh petugas Dinas Sosial ke panti tersebut.

Saat diperiksa, wajah Iyan mengalami lebam. Hidungnya patah, bahkan ada gumpalan darah di bola matanya.

Sejumlah bagian tubuh Iyan mengalami luka sudutan puntung rokok. Yang lebih membuat geram, kata Herman, ada bekas lelehan bakaran botol plastik yang diduga sengaja ditumpahkan di perut Iyan.

Ada pula luka seretan di punggung dan bekas borgol di kedua lengannya. Iyan di borgol di sebuah kursi di Lapangan Banteng, atas tuduhan mencuri.

Herman menyangsikan anaknya melakuan pencurian. Selama ini, lanjut Herman, Iyan merupakan pribadi yang baik.

Iyan memang kerap berjalan-jalan sendiri tanpa pengawasan. Namun, tidak pernah ada masalah yang ditimbulkan.

Terkait uang Rp 2,4 juta yang ditemukan di kantong celana Iyan, uang itu disebut hasil kerja kerasnya. Iyan kerap bekerja mengumpulkan dan menjual botol plastik, kardus.

Uang yang dia dapatkan ditabung dan tak pernah dia gunakan. Herman berharap, polisi segera menangkap pihak-pihak yang membuat Iyan menderita seperti saat ini.

Baca juga: Keluarga Laporkan Dugaan Penganiayaan Iyan oleh Pamdal Lapangan Banteng ke Polisi

"Ini membuat saya geram. Jangan lagi ada Iyan-Iyan yang kedua. Kalau misalnya dia dituduh maling dan ada barang buktinya, kami terima. Tapi, ini enggak ada, kok sampai segitunya. Saya minta diungkap," ujar Herman.

Iyan dianiaya di Lapangan Banteng, Sabtu pekan lalu. Keluarga mendapati Iyan berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Jalan Kembangan Raya, Jakarta Barat.

Iyan tidak pulang ke rumah sejak Jumat (17/8/2018). Keluarga terkejut melihat kondisi Iyan yang memprihatinkan dengan luka lebam di wajah, dan luka sudutan puntung rokok di sekujur tubuh.

Keluarga Iyan telah melaporkan kejadian itu ke Polres Jakarta Pusat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com