Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal Padatnya Bus Transjakarta yang Layani Pengunjung GBK

Kompas.com - 25/08/2018, 20:05 WIB
David Oliver Purba,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Panitia Asian Games, Inasgoc bekerjasama dengan PT Transjakarta menyediakan bus transjakarta yang beroperasi di dalam kawasan Gelora Bung Karno (GBK) selama digelarnya Asian Games mulai 18 Agustus hingga 2 September.

Keberadaan bus tersebut dimanfaatkan sebagian besar pengunjung untuk menuju venue pertandingan.

Kompas.com mencoba menikmati pelayanan bus transjakarta milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov DKI Jakarta ini, Sabtu (25/8/2018).

Untuk menaiki bus, pengunjung harus sabar mengantre. Kompas.com mulai mengantre pukul 18.15 di shuttle bus Zona Bhin-Bhin. Saat itu antrean penumpang hingga 200 meter. Kompas.com

Baru bisa menaiki bus pukul 18.44 atau berselang 29 menit. Bus tiba paling cepat lima menit sekali, dan paling lama sekitar 10 menit. Namun, rata-rata bus tiba lima menit sekali.

Petugas yag berada di shuttle bus cukup banyak dan menggunakan seragam penanda. Setiap bus datang, para petugas menyampaikan informasi venue mana saja yang akan disinggahi. Petugas juga menggunakan Bahasa Inggris untuk membantu warga asing mendapatkan informasi.

Bus dipenuhi para penumpang yang berdesak-desakan. Meski ada pendingin udara, padatnya penumpang membuat ruang di bus serasa sesak.

Sejumlah penumpang bahkan tidak sabar dan berkali-kali menekan tombol berhenti.

"Bapak, Ibu, tolong jangan ditekan ya tombol merah untuk berhenti. Kami hanya menurunkan penumpang di halte, tidak di sembarang tempat," ujar petugas bus.

Petugas di dalam bus selalu menyampaikan lokasi pemberhentian atau venue tujuan penumpang.

Halte paling ujung berada di lapangan baseball. Di sini, bus akan memutar berbalik arah. Namun, perputaran itu terbilang cukup lama. Penumpang baru bisa turun pukul 19.05 dengan waktu memutar sekitar 15 menit. Bus harus mengantre untuk berputar.

Sejumlah penumpang terdengar kesal karena menilai petugas harusnya menurunkan dulu penumpang baru kemudian memutar.

"Turunin dulu kenapa Mas, ini mutar dulu. Kan lama," keluh penumpng.

Bus berbalik arah menuju kembali ke shuttle awal dan tiba sekitar pukul 19.23.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com