Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat Tugas Layani Air di Permukiman Ilegal, PAM Jaya Kirim Surat ke Gubernur

Kompas.com - 06/09/2018, 07:10 WIB
Jessi Carina,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BELITUNG, KOMPAS.com - PAM Jaya mendapat tugas untuk ikut melayani warga yang ada di 21 kampung kumuh.

Tugas untuk PAM Jaya terkait program ini ada dalam Keputusan Gubernur Nomor 878 Tahun 2018 tentang Tugas Pelaksanaan Penataan Kampung dan Masyarakat.

 

Namun, ada kendala yang membuat PAM Jaya tidak bisa begitu saja mengalirkan air ke tempat-tempat itu.

"Permasalahan kita di kampung prioritas ini, ada 12 di antaranya yang berada di daerah ilegal settlement (permukiman ilegal), di mana kami tidak bisa mengizinkan dan tidak mendukung kita untuk melayani langsung ke pelanggan dengan perpipaan," ujar Senior Manager Teknik dan Pelayanan PAM Jaya Elly Dermawati, di Tanjung Pandan, Belitung, Rabu (5/9/2018).

Adapun, penataan 21 kampung kumuh merupakan salah satu program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca juga: PAM Jaya Sebut Permintaan PMD Rp 1,2 Triliun Kecil, Ini Sebabnya

Dari 21 kampung itu, PAM Jaya sudah mengalirkan air ke Kampung Akuarium untuk sekitar 90 KK. Elly mengatakan, saat ini kampung yang sedang diproses oleh PAM Jaya adalah Kampung Krapu.

Sementara sisanya, masih dalam proses survei dan pembahasan terkait masalah permukiman ilegal ini.

Elly mengatakan, pihaknya langsung berkirim surat ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal hal ini. Isi suratnya menawarkan dua solusi agar masalah permukiman ilegal bisa teratasi.

"Maka kita sedang buat surat ke Bapak Gubernur untuk kita tawarkan solusinya," ujar Elly.

Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo mengungkapkan apa saja dua solusi yang bisa dipilih itu.

Baca juga: Ketua DPRD DKI Tak Akan Setujui Suntikan Modal untuk PAM Jaya

 

Solusi pertama yang ditawarkan adalah menggunakan master meter. Dengan konsep ini, meteran induknya akan dipasang di daerah legal kemudian baru airnya diteruskan ke dalam kampung.

Skema ini sama seperti yang dilakukan di Kampung Akuarium. "Karena bagaimana pun ada contoh, Kampung Akuarium sudah terlayani pakai model master meter," ujar Bambang.

Sementara itu, solusi keduanya adalah langsung melayani ke daerah ilegal itu.

PAM Jaya pernah meminta beberapa lurah untuk membuat surat atau dokumen yang menyatakan kampung-kampung itu legal. Namun, tidak ada lurah yang berani melakukannya.

Akhirnya, PAM Jaya bersurat langsung ke Anies Baswedan. Menurut Bambang, warga yang tinggal di permukiman ilegal itu berhak juga atas akses air bersih.

"Sebab, bagaimana pun juga mereka ada KTP yang menyatakan sebagai warga negara. Jadi, dua itu yang menurut saya alternatif yang kami tawarkan agar mereka bisa dilayani," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com