JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Apung berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dapat mengeringkan perkampungan mereka yang tergenang air.
Kawasan itu disebut tergenang air setinggi tiga meter selama bertahun-tahun.
Djuhri, tokoh masyarakat Kampung Apung yang pernah menjabat sebagai Ketua RW setempat periode 2006-2013 mengatakan, warga Kampung Apung tidak ingin dipindah atau digusur.
Warga, kata Djuhri, hanya ingin kampung mereka kembali kering seperti semula.
"Harapan masyarakat sendiri, mau kering nih kampung. Sudah dua anak kecil meninggal karena kecebur, mau berapa nyawa lagi yang harus hilang," ungkap Djuhri, saat ditemui Kompas.com, Rabu (11/9/2018).
Baca juga: Mengenal Kampung Apung yang Dulunya Seindah Kawasan Pondok Indah
Djuhri mengatakan, penghasilan warga Kampung Apung bergantung pada tempat tinggal mereka. Mereka akan mengalami kesulitan mendapatkan tempat tinggal sekaligus pekerjaan baru.
Selain itu, warga setempat diklaim memiliki sertifikat kepemilikan tanah, sehingga mereka dinilai punya hak untuk tinggal di Kampung Apung.
"Bukan mereka enggak mau cari tempat yang lain, tapi mereka harus jual tempat mereka di sini. Kalau mereka jual, mereka enggak bisa lagi beli tempat di Jakarta. Sedangkan mereka cari makannya di sini seperti buruh kasar, ojek, dan dagang keliling," kata Djuhri.
"Sudah berpuluh-puluh tahun, kita bukan tinggal di bantaran kali atau tanah milik negara. Ini tanah milik dari turun-temurun," tambah dia.
Ia berharap, Pemprov DKI mendengar harapan dan keluh kesah warga Kampung Apung karena mereka juga termasuk warga DKI Jakarta.
"Mudah-mudahan gubernur tahu apa yang kita mau. Ini kita tinggal di pintu gerbang negara, masa pantas ada masyarakat seperti ini," tutur Djuhri.
Baca juga: Cerita Pasukan Oranye Bersihkan Kampung Apung, Gatal-gatal dan Gunakan Jangkar
Kampung Teko atau dikenal dengan sebutan Kampung Apung berada di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.
Dinamakan Kampung Apung karena kawasan seluas 3 hektar dan dihuni sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) itu berada di atas air, sehingga seolah-olah mengapung.
Pada tahun 1988, ada pembangunan kompleks pergudangan dari pihak pengembang di sekitar Kampung Apung.
Pembangunan itu disebut membuat daerah resapan air untuk irigasi sawah produktif milik warga dan saluran air menuju Kali Angke harus ditimbun.
Akibatnya, perkampungan warga mulai tergenang secara perlahan hingga saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.