JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah teriknya matahari Rabu (10/10/2018) pukul 10.30 WIB, Ozi, seorang petani tanaman hias sibuk merapikan kantong-kantong polybag di area penjualan tanaman hias Jalan H Kelik, Srengseng, Jakarta Barat.
Kepada Kompas.com, pria berusia 45 tahun tersebut bercerita bahwa baru memindahkan beberapa batang bunga matahari dari kebun ke dalam polybag, untuk kemudian di jual.
Kebun bunga matahari yang dikelolanya bersama Iwan, temannya, berada di lahan pinggir Kali Pesanggrahan, dengan luas 100 meter persegi.
Rabu ini, ada tiga batang bunga matahari yang mekar. Lainnya yang belum mekar, sudah dipindahkan ke polybag.
Baca juga: Menikmati Matahari Terbenam di Kebun Bunga Matahari Serpong
Meski berada di pinggir kali, Ozi mengaku, ia dan teman-temannya sesama petani dan pedagang tanaman hias tak masalah terkait penggunaan lahan di sana.
"Kan tujuan kita sekaligus penghijauan. Dulu di sini tanaman liar tinggi-tinggi, sebelum diaspal dan dibeton pinggir kalinya," kata Ozi, kepada Kompas.com di lokasi, Rabu.
Meski di pinggiran kali, kebun yang dikelolanya itu sejauh ini aman dari ancaman banjir.
Air Kali Pesanggrahan yang menyerap ke lahan kebun justru membantu penggemburan tanah.
"Enggak pernah kena sampai banjir dari kali. Paling dulu tahun 2007 pas banjir besar, tapi di sini belum ada nanem," kata dia.
Selain menanam bunga matahari di lahan pinggir kali itu, ia juga menanam pohon pucuk merah. Ada pula tanaman hias milik petani dan penjual lainnya di sana.
Menanam bunga matahari
Ozi mengatakan, tak ada syarat khusus untuk menanam bunga matahari. Menurut dia, tanah di sana cocok untuk ditanami dan hanya membutuhkan sinar matahari dan siraman air.
"Bunga matahari bagus kalau musim panas, musim hujan enggak mekar," kata Ozi.
Ia mendapatkan bibit bunga matahari dari penjual di toko-toko bunga seharga Rp 25.000 per setengah kilo. Menurut dia, bibit bunga matahari mudah didapatkan.
Baca juga: Serunya Panen Sayur hingga Bunga Matahari di Dekat Jakarta