Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapan Warga dan Pengendara terhadap Sistem Satu Arah di Cipayung

Kompas.com - 21/11/2018, 15:21 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warga mengapresiasi penerapan Sistem Satu Arah (SSA) di beberapa ruas jalan Cipayung, Jakarta Timur.

Terlebih sistem satu arah ini merupakan permintaan dari warga RT 003 dan RT 004, RW 007 di wilayah tersebut melalui Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) kepada Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur.

Mereka berharap, dengan adanya sistem satu arah ini tidak terjadi lagi kemacetan pada jam-jam sibuk.

Baca juga: Sistem Satu Arah Diterapkan di Sejumlah Ruas Jalan di Jaktim

Salah seorang warga, Yakup (42) mengungkapkan bahwa sebelum adanya pemberlakukan sistem satu arah ini, setiap pagi dan sore kerap terjadi kemacetan. Hal tersebut membuat aktivitas warga sekitar terganggu.

"Kalau pagi itu macet, apalagi sore itu buset kami mau lewat saja susah. Jadi bagus menurut saya kalau diberlakukan satu arah. Mobil sama mobil sering bentrok dan kendaraan roda dua enggak mau kalah, itu bikin stuck. Makanya kadang-kadang warga terjun buat lancarin arus lalu lintas," kata Yakup, Rabu (21/11/2018).

Hal serupa juga diungkapkan Wilda (45), seorang warga yang bermukim di Jalan Kramat Oyar.

Adanya pemberlakuan satu arah membuat dirinya sedikit bernapas lega karena volume kendaraan yang lewat di jalan dengan dua lajur tersebut menjadi lebih terkendali.

"Kalau kami sih setuju saja, bagus malahan jadi enggak macet. Soalnya kalau sudah jam pulang kerja itu memang macet, karena jalan ini kan emang biasa digunakan pengendara untuk menghindari kemacetan di jalan utama. Jadi banyak yang pakai jalan ini," ucapnya.

Baca juga: Sistem Satu Arah Jalan KH Wahid Hasyim Diklaim Tingkatkan Kecepatan Kendaraan

Ia menambahkan, dengan adanya sistem satu arah ini setidaknya dapat mengantisipasi kecelakaan, terutama karena banyaknya anak di bawah umur yang sering bermain-main.

"Jalan ini kan dekat ya sama depan rumah warga, apalagi kalau sore banyak anak-anak, takutnya banyak kendaraan yang melintas justru mengakibatkan kecelakaan. Apalagi polisi tidur jarang, makanya kayaknya perlu dibangun polisi tidur," ujarnya.

Sedangkan Winarto (40), salah seorang pengendara justru menolak pemberlakukan sistem satu arah ini.

Hal itu lantaran menurutnya akan menambah jarak tempuh di mana ia harus memutar kendaraannya lebih jauh.

Baca juga: Sistem Satu Arah Jalan KH Wahid Hasyim Mulai Diberlakukan Selasa Esok

"Kalau begini jadi ribet, muter jadi jauh. Lagian kalau macet juga enggak terlalu parah. Saya kan sudah sering lewat sini. Kalau dari Bekasi ke (Kampung) Rambutan," kata Winarto.

Sebelumnya, pemberlakukan Sistem Satu Arah (SSA) diterapkan di Jalan Utama Kampung Kramat, Jalan Kramat Oyar, Jalan Kadim, dan Jalan Tileng, Setu, Cipayung, Jakarta Timur.

Sistem satu arah ini diterapkan berdasarkan pengaduan dari warga, lantaran sistem dua arah kerap memicu kemacetan lalu lintas dan terkadang terjadi perselisihan pengendara saat berpapasan.

"Karena kan gini, ini jalan hanya 2 lajur pas. Kalau berpapasan mereka kesulitan untuk bermanuver, sehingga terjadi tubrukan dan senggolan. Faktornya sering terjadi gesekan, kedua untuk kelancaran ketertiban," ujar Kepala Seksi Lalu Lintas Sudin Perhubungan Jakarta Timur Andreas Eman kepada Kompas.com, Rabu (21/11/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com