DEPOK, KOMPAS.com - Warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung di Jalan Bulak Barat, Cipayung Jaya, Depok, Jawa Barat khawatir akan sampah yang sudah melebihi kapasitas tempat penyimpanan dan mulai membukit.
TPA tersebut berada di tengah-tengah permukiman warga. Aroma tak sedap dari tumpukan sampah tercium hingga ke rumah warga.
Setiap hari, ada 800 ton sampah dari 11 kecamatan di Depok yang dikirim ke TPA Cipayung.
Bau menyengat menyeruak dari gundukan-gundukan sampah ke kawasan tempat tinggal warga.
Baca juga: Sampah TPA Cipayung Depok Capai 20 Meter, Pengelola Khawatir Longsor
Saat Kompas.com menyusuri permukiman warga, Jumat (28/12/2018), terlihat lalat-lalat berterbangan di sekitar rumah warga.
Menurut warga, Adi, tidak ada dana kompensasi bau untuk keluarga yang tinggal di sekitar TPA Cipayung ini.
"Kalau di tempat lain mah ada uang kompensasi ya, kalau di sini enggak ada," ucap Adi, di Jalan Bulak Barat, Jumat.
Menurut dia, sebagai ganti uang kompensasi, sejumlah warga dipekerjakan di TPA tersebut. Adapun 80 persen karyawan di TPA Cipayung tinggal di sekeliling TPA Cipayung.
"Ya Alhamdulillah saya dapat kerja di TPA Cipayung, insya Allah kalau saya sudah mulai enggak kerja, anak saya bisa kerja gantiin saya ya begitu seterusnya," ujar Adi.
Sementara itu, Nur, warga yang tinggal selama belasan tahun di TPA Cipayung, tidak menyangka sampah tersebut lama kelamaan membukit dengan tinggi 20 meter.
Menurut dia, pada tahun 1990-an, sampah di Cipayung tak menggunung. Karena itu, Nur memilih membeli rumah di daerah tersebut.
"Kalau hujan saja nih mbak, sampah pasti ke samping rumah saya. Sekarang mah sudah diuruk ke tengah pas saya protes, " ucap Nur.
Sehari-hari, Nur harus merasakan bau tak sedap yang berasal dari sampah hingga ke kamar tidur rumahnya.
Nur semakin kecewa karena keluarganya tidak dipekerjakan di TPA Cipayung.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.