Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Driver 001" Go-Jek Saat Masih Andalkan "Call Center" untuk Dapat Penumpang

Kompas.com - 09/01/2019, 09:59 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengemudi ojek online Go-Jek berjuluk "driver 001", Mulyono, menceritakan pengalamannya selama delapan tahun bergabung dengan perusahaan aplikasi tersebut.

"Driver 001" merupakan julukan untuk Mulyono karena menjadi salah satu driver Go-Jek pertama yang beroperasi saat perusahaan aplikasi itu baru muncul di Indonesia pada 2010.

Mulyono menceritakan, di awal munculnya Go-Jek, mendapatkan penumpang tak semudah seperti sekarang ini. Saat itu Mulyono masih mengandalkan call center Go-Jek yang akan menghubunginya jika ada penumpang yang hendak diantar.

"Bahasa bakunya call center, 'selamat siang Pak, selamat pagi Pak, bisa minta tolong ambil orderan ini?' Kalau kita bilang bisa, dia kirim alamat pakai SMS lengkap, rumah, nama customer, lengkap. Kalau sudah selesai, kita laporan," ujar Mulyono saat ditemui Kompas.com di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (8/1/2019).

Baca juga: Berkenalan dengan Mulyono Driver 001, Pengemudi Pertama Go-Jek...

Driver 001 merupakan julukan kepada Mulyono yang merupakan salah satu driver Go-Jek pertama yang beroperasi saat pertama kali perusahaan aplikasi itu muncul di Indonesia pada 2010, Selasa (8/1/2019).KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Driver 001 merupakan julukan kepada Mulyono yang merupakan salah satu driver Go-Jek pertama yang beroperasi saat pertama kali perusahaan aplikasi itu muncul di Indonesia pada 2010, Selasa (8/1/2019).

Namun, karena saat itu Go-Jek hanya memiliki 20 pengemudi, mereka harus rela menjemput penumpang di lokasi yang terbilang sangat jauh.

Mulyono mengatakan, titik penjemputan bisa mencapai 10-15 kilometer dari tempat dia berada. Jika pengemudi sering menolak permintaan penjemputan, maka call center akan jarang memberikan orderan.

Di awal kemunculan Go-Jek, rata-rata penumpang merupakan warga negara asing. Bahkan, beberapa sudah ada yang menjadi langganan Mulyono. Saat itu, pelanggan bisa meminta pengemudi yang dia inginkan dengan menghubungi call center.

Tarif yang dulu dikenakan berkisar Rp 3.000 per kilometernya, dengan sistem bagi hasil 35 persen untuk Go-Jek dan 65 persen untuk pengemudi.

Dalam sepekan, Mulyono bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 400.000 hingga Rp 500.000. Seiring perkembangan Go-Jek, tarif dinaikkan menjadi Rp 3.500 per kilometer ditambah Rp 5.000 jika jarak untuk penjemputan terlalu jauh.

Baca juga: Hadirnya Go-Jek dan Pengaruhnya ke Perekonomian Bandung...

Saat itu, ada seorang kolektor dari manajemen Go-Jek yang setiap pekan datang untuk mengambil komisi.

Mulyono mengatakan, memang ada penurunan dari sisi tarif saat ini bila dibandingkan dengan awal mula Go-Jek hadir di Indonesia. Salah satunya karena persaingan dengan perusahaan aplikasi lainnya.

Namun, Mulyono menilai, meski tarif turun, banyak hal positif telah ditingkatkan oleh manajemen Go-Jek. Misalnya, saat ini pengemudi bisa melakukan cicilan motor, mobil, laptop, rumah, bahkan bisa menyicil untuk biaya umrah melalui Go-Jek.

Dua pekan sekali, manajemen Go-Jek juga melakukan pertemuan dengan para mitranya untuk meminta masukan serta mencari tahu kendala selama di lapangan.

Mulyono mengatakan, hal tersebut tidak dia dapatkan saat pertama kali ada di Go-Jek.

"Tarif turun, tapi poin-poin positif banyak. Dulu mana ada manajemen kopdar dengan mitranya, sekarang dua minggu sekali. Bahkan seluruh Indonesia malah," ujar Mulyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com