Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Bus Transpatriot Bekasi Masih Jauh di Bawah Biaya Operasional

Kompas.com - 29/01/2019, 06:16 WIB
Dean Pahrevi,
Dian Maharani

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Kepala Divisi Trans Patriot pada Perusahaan Daerah Mitra Patriot (PDMP) selaku pengelola transpatriot Kota Bekasi, Nirwan Fauzi mengatakan, pendapatan operasional transpatriot sejak diberlakukan tarif masih dibawah biaya operasional.

Nirwan mengatakan, sejak beroperasi menggunakan tarif pada Kamis (3/1/2019), pendapatan transpatriot hanya berkisar Rp 3,3 juta per harinya.

"Biaya operasional kita sembilan bus sekitar itu Rp 18,9 juta per hari. Sekarang per hari cuma dapat Rp 3,3 juta. Sisanya subsidi dari pemerintah. Memang masih jauh dari biaya operasional," kata Nirwan saat dikonfirmasi, Senin (28/1/2019).

Baca juga: Penumpang Transpatriot Bekasi Malah Menurun

Nirwan menjelaskan, pemerintah akan semakin kecil mengeluarkan subsidi jika jumlah rata-rata penumpang meningkat hingga 60 orang per bus dalam satu kali perjalanan.

"Kalau (rata-rata) 30 penumpang subsidinya masih wajar, apalagi kalau nanti sudah di atas 60 orang subsidinya semakin kecil," ujar Nirwan.

Selain itu, pendapatan transpatriot yang masih jauh dari biaya operasional itu tentunya disebabkan rata-rata jumlah penumpang yang belum memenuhi target yakni, 30 hingga 40 orang per bus dalam satu kali perjalanan.

Kini, rata-rata jumlah penumpang transpatriot hanya berkisar 10 hingga 15 orang per bus dalam satu kali perjalanan. Jumah itu menurun jika dibandingkan saat transpatriot masih gratis yakni, sekitar 15 sampai 30 orang.

Baca juga: Akhir Januari, Pembelian Tiket Bus Transpatriot Bekasi Bisa Nontunai

"Ada penurunan waktu dulu sudah hampir 30 penumpang, ternyata sekarang turun jadi 10 sampai 15 penumpang. Ini mungkin karena headway (jarak waktu antar bus di halte) yang terlalu lama. Harusnya bisa 15 menit tapi kalau macet bisa 30 menit," ujar Nirwan.

Menurut Nirwan, masalah headway dapat teratasi dengan penambahan jumlah bus. Adapun Pemkot Bekasi segera mengoperasikan 20 bus hibah dari Pemerintah Pusat. Saat ini, 20 bus itu sedang dalam tahap persiapan untuk operasional.

Diketahui, sejak Kamis (3/1/2019) tarif Rp 4.000 transpatriot itu pun diterapkan, setelah selama sebulan lebih naik bus transpatriot gratis.

Transpatriot melayani dua rute yakni, Terminal Bekasi-Harapan Indah dan Harapan Indah-Terminal Bekasi. Sebanyak sembilan bus beroperasi di dua rute tersebut.

Adapun sejak resmi beroperasi pada 26 November 2018, tarif transpatriot digratiskan. Bus beroperasi mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com