Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebaran DBD Kian Meluas di DKI

Kompas.com - 29/01/2019, 07:47 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Bentuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan di antaranya minum air sebanyak mungkin. Selain itu, masyarakat bisa minum obat penurun panas sesuai anjuran yang dibolehkan.

"Kalau tidak sembuh segera berobat," kata dia.

Widyastuti mengatakan ia telah berpesan kepada paramedis di puskesmas dan rumah sakit agar tak menyepelekan pasien yang datang dengan demam tinggi. Ia meminta agar pasien demam diberi penanganan untuk demam berdarah.

"Karena DBD infeksi akut, harus (dianggap DBD) sampai terbuki tidak," ujar dia.

Selain demam tinggi, gejala DBD juga meliputi nyeri otot dan sendi, terdapat bintik merah/ruam di kulit, mual, serta nyeri dan ulu hati. Pada kasus yang parah, dapat terjadi pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa.

Baca juga: Kasus Meningkat, Januari 2019 Ada 75 Warga Kota Bekasi Positif DBD

Widyastuti mengingatkan bawah belum ada obat untuk virus DBD. Karena itu masyarakat harus benar-benar melakukan pecegahan.

"Untuk terjadi satu virulensi, juga tergantung host-nya, bagaimana daya tahan tubuh manusia yang digigit," ujar Wdisyastuti.

Ia menyampaikan, jika dulu DBD paling banyak menjangkiti anak usia sekolah 7-12 tahun, kini DBD paling banyak menjangkiti anak usia 14-15 tahun.

"Nyamuknya itu menggigit di jam 10.00-an, kemudian istirahat, sore gigit lagi," kata Widyastuti.

Pencegahan

Untuk mewaspadai meluasnya DBD, Dinas Kesehatan DKI Jakarta bekerja sama dengan BMKG dalam pengembangan model prediksi angka DBD berbasis iklim yang dapat diakses melalui http:// bmkg.dbd.go.id/.

Selain itu, Pemprov DKI melakukan fogging di wilayah asal korban DBD dengan hasil penyelidikan epidemiologi (PE) positif.

Masyarakat diimbau untuk terus menjalankan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M (menguras, menutup, mendaur ulang) Plus setiap seminggu sekali.

Tempat penampungan air seperti bak mandi/wc, tempayan, penampungan air minum, penampungan air buangan AC, dispenser, ember, drum dan lain-lain perlu dikuras dan disikat. Baiknya, tempat tampungan air selalu ditutup agar tadi jadi perindukan jentik nyamuk.

Begitu pula barang-barang yang dapat menampung air hujan agar dimanfaatkan atau didaur ulang. Lubang pada pohon, bambu, dan pagar rumah ditutup dengan tanah.

Wadah yang ada airnya seperti vas bunga, tempat minum burung, dan sejenisnya agar diganti rutin. Untuk mematikan jentik nyamuk di tempat yang sulit dikuras, disarankan untuk menaburkan larvasida atau memelihara ikan pemakan jentik. Masyarakat juga bisa menanam tanaman yang tak disukai nyamuk.

Selain itu, masayrakat diimbau untuk mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang cukup dalam ruangan. Hindari juga kebiasaan menggantung pakaian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com