"Ada yang kasih jas hujan, makanan, roti. Ada juga yang sudah langganan, dia nelepon saya minta benerin payung, saya yang ke tempat dia," ucapnya.
Setiap melakukan pekerjaannya, Kong Muin hanya bermodalkan sepeda dan tas berisi peralatan servis payung seperti tang dan kawat.
Tak lupa, sehelai jas hujan juga selalu ditentengnya.
Kong Muin mengaku mempelajari teknik perbaikan payung dari sejumlah rekannya sesama tukang servis payung keliling.
Dahulu, ia biasa berpencar dengan rekan-rekannya tersebut.
Namun, kini Kong Muin mesti bekerja sorang diri lantaran rekan-rekannya telah lebih dahulu pergi meninggalkan dunia.
Baca juga: Ingat Lagi Bahaya Pakai Payung saat Naik Motor
Hal itu tidak melunturkan semangat Kong Muin.
Kendati usianya sudah tua, Kong Muin masih mampu mengelilingi Jakarta Utara.
Salah satu resepnya adalah minum jamu dan telur setengah matang setiap pagi sebelum bekerja.
Dalam menyusuri Jakarta Utara, Muin juga punya trik sendiri.
Baca juga: Merasakan Keberagaman dalam Festival Payung Indonesia 2018
Ia ogah berbagi jalan dengan truk-truk besar yang bisa membahayakan nyawanya.
"Saya pilih lewat gang-gang kecil saja. Malah enak, enggak ada truk, aman, terus lebih dekat sama yang mau servis. Saya tinggal teriak 'servis payung, servis payung' ada saja yang manggil," ujar dia.
Fisik Kong Muin memang sudah terlatih sejak muda.
Baca juga: Payung-Payung Cantik Bakal Bikin Candi Borobudur Berwarna-warni
Puluhan tahun lalu, ia bekerja sebagai tukang abu gosok keliling.
Namun, kala itu ia mengelilingi Jakarta Utara dengan berjalan kaki.