Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Bisnis Warung Nasi lewat Lubang, Favorit Para Karyawan

Kompas.com - 08/02/2019, 13:47 WIB
Tatang Guritno,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, warung nasi milik Damiah (59) di parkiran Grand Lucky, kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan yang menggunakan lubang 30x30 sentimeter untuk melayani pembelinya sempat viral di media sosial.

Namun, ternyata bukan hanya warung milik Damiah yang berjualan dengan menggunakan lubang. Ada tiga warung lain yang menggunakan cara serupa.

Ketiga warung tersebut juga terletak di parkiran Grand Lucky. Warung nasi tertua adalah milik Suparti (70) yang sudah beroperasi di sana selama 20 tahun.

Baca juga: Melihat Warung Nasi dari Lubang Tembok yang Viral di Kawasan SCBD

"Sebelum ada kawasan ini, warung saya sudah berdiri. Memang ini rumah saya sendiri," kata Suparti saat ditemui pada Jumat (8/2/2019).

Suparti berjualan dengan lubang cukup besar, yakni 1x1 meter. Namun, lubang tersebut dibatasi oleh pagar teralis.

"Lubang saya paling besar karena ini dulu jalan umum. Dilewati banyak orang, jadi bukan saya bikin, tapi sudah ada sejak dulu," jelas Suparti.

Berikutnya adalah warung nasi milik Rini (40). Berdiri sejak empat tahun lalu, warung inilah yang pertama kali membuat lubang untuk berjualan.

Hal itu dilakukannya karena akses pintu yang menjadi penghubung antara parkiran Grand Lucky dengan warung miliknya sudah ditutup.

"Saya pertama kali bikin lubang ini ya sekitar dua tahun lalu, karena dulu di sini ada pintu, tapi akhirnya ditutup. Pintu ditutup karena sering ada komplain mobil tergores di parkiran," tutur Rini.

Terakhir adalah warung milik Warti (46). Berbeda dengan warung lainnya, Warti fokus pada aneka gorengan dan kopi.

Warung miliknya juga paling muda karena baru berdiri selama enam bulan.

"Ini warung sebenarnya untuk suami. Karena suami dulu kerja di proyek, sekarang ketika sudah berhenti, akhirnya bikin usaha warung," tutur Warti yang sehari-hari juga bekerja sebagai guru les privat untuk siswa SD dan SMP.

Baca juga: Mengangkat Derajat Warung Kelontong di Era Serba Online

Warung yang menggunakan lubang ini cukup ramai dikunjungi. Salah satu pengunjung, Likhin (25) selaku staf kontraktor mengatakan, keberadaan warung ini sangat membantu.

"Kalau di kawasan sini, susah cari makan untuk kelompok masyarakat menengah ke bawah. Maka keberadaan warung ini sangat membantu. Kami jadi enggak susah kalau mau cari makan atau kopi," katanya.

Ada juga Anjani (23), pegawai swasta salah satu perusahaan di kawasan SCBD yang datang membeli makanan di sana karena tahu dari media sosial.

"Aku ke sini karena tahu infonya dari sosmed. Sempat viral kan, jadi penasaran dan nyobain bungkus makan di sini," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com